REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL-- Korea Utara mengancam akan membatalkan reuni keluarga Perang Korea, jika Korea Selatan dan Amerika Serikat meneruskan latihan perang gabungan mereka. Ancaman tersebut dikeluarkan Korut tepat sehari setelah perundingan penentuan tanggal pelaksanaan reuni, pada Rabu (5/2) lalu.
Komisi Pertahanan Nasional Korut pada Kamis (6/2), mengatakan pada Korsel mereka telah membuat kebijakan yang memicu permusuhan. Korut meminta Korsel membatalkan latihan militer tahunannya dengan AS, pada akhir bulan ini.
Korut menyatakan, tidak masuk akal untuk tetap mengadakan reuni keluarga di tengah latihan perang nuklir yang sangat berbahaya. Korut menyebut latihan tersebut sebagai 'latihan invasi', yang dilakukan untuk menyerang Korut.
Kemarahan Korut dipicu oleh penerbangan sesaat, pesawat berkemampuan membawa senjata nuklir, B-52 milik AS di atas lepas pantai barat Semenanjung Korea, pada Rabu.
Komisi Pertahanan Korut mengatakan dalam sebuah pernyataan di televisi negara, bahwa itu adalah latihan untuk serangan nuklir terhadap negaranya.
"Pada saat perundingan reuni keluarga di Panmunjom, sebuah formasi B-52 tengah melakukan latihan serangan nuklir sepanjang hari di atas laut di barat Korea yang ditujukan pada kami," ungkap juru bicara Komisi.
Sumber militer Korsel mengatakan pada kantor berita Yonhap, penerbangan hanya sesaat dan sebatas latihan dengan hanya melibatkan sebuah pesawat tunggal. Sementara pihak militer AS tak bersedia berkomentar terkait hal tersebut.
Dalam langkah membangun kepercayaan, kedua Korea sebelumnya sepakat pada Rabu, berbicara di desa Panmunjom yang berada di perbatasan kedua negara.
Pembicaraan membahas kemungkinan penyelenggaraan kembali reuni keluarga Perang Korea. Rencananya reuni akan mempertemukan keluarga yang terpisah akibat perang, selama lima hari pada akhir Februari mendatang.
Pembicaraan berlangsung, setelah ketegangan kedua Korea meningkat pada awal 2013. Ketegangan dipicu oleh ancaman Korut yang mengancam akan melakukan serangan nuklir pada Korsel, Jepang dan wilayah teritori AS di Pasifik Selatan, Guam.
Korut bahkan mengancam akan menyerang daratan AS. Washington langsung menanggapi ancaman Korut saat itu dengan menerbangkan pesawat B-2 dan B52 di atas Korsel.
Kedua pesawat tersebut berkemampuan membawa senjata nuklir. Namun peneliti senior di Institut Perdamaian dan Unifikasi di Univesitas Nasional Seoul Chang Yong-seok mengatakan, situasinya kini tak se-ekstrem tahun lalu. Kali ini menurutnya Korut tengah memfokuskan diri untuk membuat prestasi di bidang ekonomi.
"Tapi masa depan reuni jadi lebih tak stabil," ungkapnya.
Korut selama ini mengupayakan dorongan diplomatik untuk mencoba menghentikan latihan militer tahunan AS dan Korsel, tahun ini. Meski begitu, Seoul mengatakan pada Kamis, latihan gabungan akan tetap dilaksanakan sesuai rencana.