REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pemerintah Mesir, Kamis (6/2) waktu setemoat, menutup perlintasan Rafah setelah tiga hari berturut-turut dibuka.
Sebanyak 1922 perjalanan dari Palestina telah menyeberang melalui perlintasan Rafah. Ini adalah jumlah tertinggi setelah peristiwa kudeta berdarah terhadap pemerintahan Muhammad Mursi oleh militer.
Sumber umum di perlintasan Gaza, Maher Abu Shubhah, mengatakan proses perlintasan berjalan baik sebagai buah dari kesepakatan pemerintahan Palestina dengan Mesir.
Pernyataan tertulisnya yang dilansir Infopalestina menyebutkan kesepakatan tersebut berisi penyerahan paspor bagi yang ingin menyeberang satu hari sebelum keberangkatan mereka, untuk meminimalisir permasalahan yang akan timbul jika sudah sampai di wilayah Mesir.
Selama beberapa hari kemarin, bahkan pemerintah Mesir mengizinkan masuknya sejumlah kendaraan berat dan puluhan kontainer yang membawa bahan-bahan bangunan untuk menyelesaikan sejumlah proyek infra setruktur yang didanai Qatar.