Ahad 09 Feb 2014 18:21 WIB

Cina Tuding AS Provokator

Rep: Gita Amanda/ Red: Mansyur Faqih
Cina (ilustrasi)
Foto: topnews.in
Cina (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina telah menuduh Amerika Serikat sebagai provokator yang dapat merusak perdamaian dan pembangunan di wilayah Asia Pasifik. Hal ini diutarakan setelah AS menyatakan kekhawatirannya atas klaim negeri tirai bambu tersebut atas wilayah Laut Cina Selatan.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Hong Lei menyampaikan hal tersebut dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Sabtu (8/2) malam. Lei menegaskan posisi Cina atas klaim tersebut didasarkan pada sejarah dan hukum internasional.

Lei menambahkan, Cina mendesak As untuk bersikap rasional dan adil. Hal tersebut tak lain supaya AS berperan konstruktif dalam perdamaian dan pembangunan di kawasan tersebut. "Tindakan ini tidak konstruktif," ujar Lei. 

Ia mengatakan, sejumlah pejabat AS menambah keadaan tak kondusif dalam menjaga perdamaian dan stabilitas. 

Sementara itu, Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk urusan Asia Timur dan Pasifik Danny Russel mengatakan, kesaksian kongres pada Rabu (5/2) menyatakan keprihatinan atas klaim maritim Cina.

AS menilai klaim tersebut sebagai upaya untuk mendapatkan kendali lautan di kawasan tersebut. "Klaim Cina telah menciptakan ketidakpastian, ketidakamanan, dan ketidakstabilan," kata Russel.

Ia juga mengatakan, kesepakatan antara Cina dan blok regional di Asia Tenggara dalam hal kode etik untuk mengatur perilaku di Laut Cina Selatan sudah terlambat. Cina pun enggan bernegosiasi dengan kelompok secara keseluruhan. 

Cina lebih memilih berurusan dengan negara-negara di kawasan tersebut secara bilateral. Russel juga mengatakan, AS memiliki kekhawatiran lain terkait aktivitas Cina di Laut Cina Timur yang tengah disengketakan dengan Jepang. 

Baru-baru ini Cina mendirikan Zona Identifikasi Pertahanan Udara di wilayah yang juga diklaim Jepang itu. Selama ini Cina, Filipina, Vietnam, Taiwan, Malaysia dan Brunei mengklaim seluruh bagian dari Laut Cina Selatan. 

Wilayah perairan tersebut menyediakan 10 persen tangkapan ikan global dan membawa keuntungan senilai lima triliun dalam hal perdagangan kapal. Perairan tersebut juga kaya sumber daya alam dan dihiasi terumbu karang indah. Sejumlah pulau di kawasan tersebut berada di bawah sengketa negara-negara di sekitar kawasan.

sumber : AP/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement