REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Seorang wartawan Brasil meninggal karena cidera kepala yang diderita dalam satu protes jalanan di Rio de Janeiro saat kota itu mempersiapkan untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia.
Warga Brasil melakukan aksi protes sejak Juni 2013 lalu atas apa yang mereka anggap sebagai layanan publik yang buruk di bidang transportasi, pendidikan dan perawatan kesehatan. Sementara negara menghabiskan miliaran dolar AS untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia mulai Juni 2014 dan Olimpiade Musim Panas pada tahun 2016.
Kerusuhan di negara terbesar di Amerika Selatan itu terkait dengan karnaval dan beberapa kali telah memicu kekhawatiran mengenai apakah Olimpiade akan aman untuk para atlet dan pengunjung.
Kamerawan televisi Santiago Ilidio Andrade (49 tahun), yang berada dalam keadaan koma setelah dipukul di kepalanya pada saat protes terhadap kenaikan ongkos bus Kamis (6/2) lalu. "Pada Senin (10/2), Andrade dinyatakan mati otak, setelah pada hari yang sama keluarganya menyumbangkan beberapa organ-organ tubuhnya," kata jaringan TV Bandeirantes.
Andrade menjadi korban tewas pertama dalam gelombang aksi protes sporadis yang mencengkeram negara itu. Kematiannya menarik reaksi bahkan dari Presiden Dilma Rousseff dan pelatih tim sepak bola nasional, Luiz Felipe Scolari.
Putrinya, Andrade Vanessa (29 tahun), yang juga merupakan seorang jurnalis, menulis surat melalui media sosial dan ditampilkan pada halaman satu surat kabar lokal 'O Dia'. Vanessa mengatakan ia berada disamping ayahnya dengan posisi kepala di bahunya, ketika sang ayah meninggal.
"Saya meminta maaf untuk semua kesalahan saya dan berjanji untuk menjaga kepala ini tetap tegak dan mengurus ibu dan kakek-nenek saya," tulis Vanessa.