REPUBLIKA.CO.ID, KUWAIT- Ketakutan pada Kebangkitan Arab, yang mengilhami kerusuhan, kerajaan Teluk meningkatkan upaya memantau dan mengendalikan media, terutama yang berjaringan, kata Reporters Without Borders (RSF) pada Rabu.
Arab Saudi, yang dalam daftar kelompok "Musuh Internet" dan berada di peringkat 164 dari 179 negara pada Indeks Kebebasan Press Dunia 2014, sangat gencar mengawasi Internet, termasuk dengan menangkap pengunggah tulisan atau tanggapan kritis, katanya.
"Kekhawatiran pada penyebaran Kebangkitan Arab, mengakibatkan negara di Jazirah Arab memperkuat pengawasan dan kontrol pada media, dimulai dengan internet, yang telah menjadi tempat bagi orang untuk mengekspresikan diri dengan bebas, sesuatu yang tidak ditemukan di media tradisional," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan .
"Akibatnya, polisi dunia maya dari kerajaan Teluk mengawasi setiap artikel, unggahan, atau kicauan kritis terhadap kebijakan pemerintah dalam jaringan," katanya.
Kuwait memimpin negara Dewan Kerjasama Teluk (GCC) dalam daftar kebebasan pers, tetapi turun 14 poin ke peringkat 91 di seluruh dunia. GCC juga mencakup Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, Qatar dan Oman. Bahrain dan Oman mengalami peningkatan sedikit namun empat yang lain mengalami penurunan.
Pada tahun lalu, sensor Arab Saudi menuai perhatian khusus terkait seruan pencabutan larangan kontroversial kerajaan konservatif itu terhadap perempuan mengemudi, topik yang populer dalam jaringan.