Kamis 13 Feb 2014 11:52 WIB

Utusan PBB: Situasi di Jalur Gaza Makin Mengkhawatirkan

Warga Palestina kerap menjadi korban kekerasan dan kebrutalan tentara Israel, baik di Tepi Barat atau di Jalur Gaza.
Foto: Reuters/Mohamad Torokman
Warga Palestina kerap menjadi korban kekerasan dan kebrutalan tentara Israel, baik di Tepi Barat atau di Jalur Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Utusan senior PBB untuk Timur Tengah menyampaikan kekhawatiran mengenai situasi yang bertambah buruk di Jalur Gaza. Demikian kata seorang juru bicara PBB pada Rabu (12/2).

''Koordinator Khusus PBB bagi Proses Perdamaian Timur Tengah, Robert Serry, mengatakan bahwa selama dua bulan belakangan, kita telah menyaksikan makin banyak roket yang ditembakkan ke Israel, peristiwa perbatasan, dan operasi pembalasan Israel merenggut korban jiwa atau cedera di pihak sipil,'' kata Juru Bicara PBB, Martin Nesirky, kepada wartawan dalam taklimat harian di Markas PBB, New York, Kamis (13/2).

"PBB mengutuk meningkatnya kerusuhan dan semua pihak harus bertindak sejalan dengan hukum internasional," kata Serry setelah kunjungan ke Jalur Gaza.

Di Jalur tersebut, gencatan senjata satu-tahun yang diperantarai oleh Mesir dan mengakhiri delapan hari pertempuran sengit Israel dan penguasa Jalur Gaza, HAMAS, pada 2012 telah mulai goyah. Serangan baru roket dilancarkan terhadap Israel dan Tel Aviv melancarkan serangan pembalasan.

''Kerusuhan tersebut telah menghentikan pembangunan lebih dari 20 proyek penting PBB --sekolah dan rumah-- di Jalur Gaza dan memaksa ditutupnya tempat penyeberangan dengan Israel,'' kata utusan PBB itu sebagaimana dilaporkan Xinhua yang dipantau Antara di Jakarta.

''Impor bahan bangunan telah dihentikan secara dramatis setelah peristiwa tersebut, sehingga menambah parah kondisi ekonomi dan sosial,'' kata Serry.

Utusan PBB itu mencela kenyataan bahwa penutupan terowongan tidak sah oleh Mesir di bawah perbatasan dengan Jalur Gaza belum diubah menjadi kesempatan baik untuk meningkatkan masuknya banyak bahan seperti itu melalui tempat penyeberangan resmi.

sumber : Antara/Xinhua-OANA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement