Sabtu 15 Feb 2014 13:34 WIB

Sekjen PBB: Segera Hentikan Pertumpahan Darah di Afrika Tengah

Warga Afrika Tengah menggelar aksi dukungan kepada Presiden Francois Bozize yang digulingkan gerilyawan Seleka. (file)
Foto: EPA/Serge Dibert
Warga Afrika Tengah menggelar aksi dukungan kepada Presiden Francois Bozize yang digulingkan gerilyawan Seleka. (file)

REPUBLIKA.CO.ID, Masyarakat internasional harus bertindak cepat untuk menghentikan pertumpahan darah di Republik Afrika Tengah, kata Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki -moon, Jumat, seraya memperingatkan bahwa kekejaman dan pembunuhan sektarian dapat memicu terjadinya konflik selama puluhan tahun.

JAKARTA--Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa mengatakan bahwa bagian negara yang dikoyak konflik yang tidak memiliki riwayat kekerasan saat ini juga turut terseret ke dalam konflik , dan seluruh komunitas Muslim telah melarikan diri dalam apa yang telah disebut sebagai "eksodus skala bersejarah."

"Awan gelap kekejaman massa dan pembunuhan sektarian membayangi Republik Afrika Tengah," kata Ban Ki-moon di hadapan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa.

"Kita harus bertindak bersama-sama, kita harus bertindak tegas dan kita harus bertindak sekarang untuk mencegah yang terburuk," kata Ban seraya memperingatkan jika negara itu akam masuk ke dalam situasi "perpecahan de facto" jika kekerasan terus berlanjut.

Ban Ki-moon mengatakan ia "sangat prihatin dengan siklus balas dendam dan pembalasan" yang terjadi di seluruh negeri .

"Masyarakat yang tidak memiliki sejarah konflik kekerasan berada pada jalur (turut terlibat konflik), jika dibiarkan, dan dapat menyebabkan perlu waktu beberapa dasawarsa untuk menghapus konflik," katanya .

Mengacu pada pengiriman militer di kawasan itu oleh Prancis , Uni Eropa dan Uni Afrika, dia mengatakan krisis Afrika Tengah mewakili kesempatan untuk "berkomitmen melakukan kerja sama sekuat mungkin dan koordinasi antara PBB , Uni Afrika dan Uni Eropa . "

"Mari kita tunjukkan apa yang dapat dicapai oleh solidaritas dan aksi bersama bagi rakyat Republik Afrika Tengah , " katanya .

Ban berpartisipasi dalam debat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa tentang kerjasama antara Uni Eropa dan Perserikatan Bangsa Bangsa, yang juga melibatkan diplomat tinggi Eropa , Catherine Ashton.

Ashton mengatakan jika PBB memutuskan bahwa operasi penjaga perdamaian sepenuhnya diperlukan di Afrika Tengah, Uni Eropa "akan senang untuk bekerja dengan Anda untuk memastikan operasi dukungan internasional terkoordinasi dengan baik."

Dia kemudian mengatakan Uni Eropa berencana untuk mengerahkan sekitar 1.000 tentara .

Setiap operasi penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa Bangsa akan memerlukan resolusi Perserikatan Bangsa Bangsa yang baru . Namun, Uni Afrika enggan untuk menyerahkan kekuasaan kepada pasukan Perserikatan Bangsa Bangsa.

Prancis sementara itu telah memutuskan untuk meningkatkan jumlah personilnya menjadi 2.000 tentara yang akan bertugas di negara itu sementara kekuatan MISCA pan - Afrika sekarang memiliki 5.400 prajurit dari rencana 6.000 prajurit di lapangan.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement