REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Sebuah bom meledakan bus berisi wisatawan asal Korea Selatan (Korsel) di Semenanjung Sinai, Ahad (16/2). Pemboman terjadi di Teluk Aqaba dekat Laut Merah. Peristiwa tersebut dikhawatirkan akan semakin membuat industri pariwisata Mesir terpuruk.
Kementerian Dalam Negeri Mesir mengatakan, bus tengah melakukan perjalanan dari Biara St Catherine di selatan Sinai menuju wilayah Israel. Ini merupakan serangan pertama terhadap wisatawan di Sinai, selama hampir satu dekade. Dua wisatawan Korsel dan satu orang supir bus asal Mesir tewas, sementara 24 wisatawan lainnya terluka. Dua sumber keamanan mengatakan, bom diperkirakan meledak didekat atau di dalam bus.
Juru bicara kepresidenan Ehab Badawy menyebut serangan tersebut sebagai tindakan pengecut yang tercela. Sebab menurutnya serangan diarahkan pada wisatawan yang tak bersalah.Jika militan berada di balik pengeboman Ahad (16/2) kemarin, ini menandai pergeseran strategi serangan.
Secara 'halus' serangan menargetkan pariwisata dan ekonomi. Selama ini industri pariwisata merupakan sektor penting di Mesir. Sejak konflik tiga tahun di Mesir, industri pariwisata Mesir telah terpukul.
Belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan tersebut. Namun kelompok militan yang berafiliasi dengan Alqaidah di Semenanjung Sinai, dicurigai bertanggung jawab atas serangan. Sebab selama ini mereka kerap melakukan pergolakan di Sinai.
Serangan pada wisatawan di selatan Sinai membangkitkan kembali kenangan akan serangan pemberontak pada 1990. Saat itu serangan terhadap wisatawan kerap dilakukan. Menteri Pariwisata Mesir Hisham Zaazou mengatakan, ia berharap insiden penyerangan terhadap wisatawan tak akan terulang. "Semua sisa negara ini aman dan apa yang terjadi (insiden pemboman) bisa terjadi dimana saja di dunia," ujar Zaazou.
Ikhwanul Muslimin menyatakan, mengutuk serangan bom pada bus wisata dan mengatakan akan memboikot pemilihan presiden mendatang. "Pihak berwenang yang didukung militer, sekali lagi gagal menegakkan tugas mereka melindungi para wisatawan dan warga Mesir," ujar pernyataan yang dikeluarkan Ikhwanul Muslimin.
Ledakan pada Ahad menandai pemulihan yang lamban dalam industri yang tengah berkembang di Mesir. Terutama di resort-resort di Laut Merah, seperti Sharm el-Sheik.
Direktur Program Timur Tengah di Pusat Studi dan Strategi Internasional di Washington Jon Alterman mengatakan, insiden pemboman membuat Mesir harus menerima konsekuensi menyedihkan. "Ini menyerang industri pariwisata dan bisa menghancurkannya selama bertahun-tahun ke depan," ujarnya.