REPUBLIKA.CO.ID, KARAKAS- Pemimpin oposisi Venezuela Leopoldo Lopez, yang selama ini buron, dengan tenang menyerahkan diri kepada pihak berwajib pada Selasa sementara ribuan pendukung pro- dan anti-pemerintah berpawai di ibu kota negeri itu, Karakas.
Presiden Nicolas Maduro yang pemerintahannya diserang pemrotes karena kejahatan merebak dan kondisi hidup yang memburuk, telah melarang pawai oposisi yang diserukan oleh Lopez di Plaza Brion. Penyerahan Lopez itu menandai titik balik dramatis setelah dua pekan aksi unjuk rasa yang penuh ketegangan di negara yang kaya akan minyak itu. Para mahasiswa juga berunjuk rasa dan marah atas penahanan para demonstran.
Ahli ekonomi dari Harvard itu mengatakan kepada ribuan pendukungnya, semua berpakaian putih-putih, bahwa penangkapannya akan memperlihatkan "keadilan tak wajar" di Venezuela, mengundang sambutan hangat dari massa pengunjuk rasa. Sebaliknya Maduro, yang berbicara kepada para pekerja minyak propemerintah yang berpakaian merah di bagian barat kota itu, menyatakan bahwa Lopez akan menjawab seruan-seruannya yang berisi hasutan.
Pemimpin Venezuela itu pekan lalu memerintahkan penangkapan Lopez atas tuduhan-tuduhan pembunuhan dan memicu kekerasan setelah bentrokan-bentrokan jalan yang rusuh di Karakas yang menyebabkan tiga orang meninggal. Tetapi pada Selasa, dia mengumumkan dia mengganti kepala badan intelejen nasional, Sebin, setelah memarahi sekelompok dalam badan itu yang tak mengindahkan perintah untuk tetap tinggal di barak selama protes yang mematikan pekan lalu.
Ribuan pendukung Lopez yang tak memperhatikan larangan, muncul berpakaian putih-putih di Plaza Brion setelah dia menyerukan pawai dalam pesan video pada Ahad, berjanji akan muncul jika pemerintah berusaha menahannya.
Lopez, juga mengenakan pakaian putih-putih, tiba-tiba muncul di tengah-tengah kerumunan, memanjat patung pahlawan kemerdekaan Kuba Jose Marti dengan satu bendera Venezuela. Setelah menyampaikan pesan singkatnya kepada para pendukungnya, dia menyerahkan diri kepada Pengawal Nasional.
"Saya meneyerahkan diri di hadapan keadilan yang tak wajar, di hadapan keadilan yang korup," kata pria berusia 42 tahun itu. "Jikalau pengurungan saya membangunkan rakyat, berarti berharga."
Dia dengan tenang berjalan di bawah pengawalan satu kendaraan garda nasional sementara para pendukungnya mengelilingi kendaraan itu menghalangi jalan. Teriakan-teriakan 'Kebebasan, kebebasan!' dan '(pemerintah) akan jatuh, akan jatuh, pemerintah korup akan jatuh' mengiringi penahanan Lopez. Lopez sendiri dari dalam kendaraan menyerukan lewat pengeras suara kepada para pendukungnya supaya tenang.