REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Riset terbaru dari Lembaga Inovasi Wol Australia (AWI) menyebutkan, isu pengendalian serangan anjing liar telah memicu dampak sosial di kalangan masyarakat di daerah perdesaan. Ketua riset dan pembangunan pertanian AWI, Paul Swan, mengatakan anjing liar telah menjadi salah satu isu yang membuat para produsen wol Australia tertekan dan lembaganya telah menghabiskan uang senilai AUD$ $2.2juta sepanjang tahun ini untuk membantu petani mengatasi masalah tersebut.
"Angka itu senilai dengan 1 dolar dari setiap 7 dolar yang kita habiskan untuk membantu peternakan,” kata Swan, belum lama ini.
"Uang yang kami keluarkan itu sejalan dengan banyak aspek dari rekomendasi dalam laporan terbaru kami.
"Kami memantau dampak sosial yang merupakan titik kunci dari laporan tersebut."
Laporan ini mengidentifikasi timbulnya ketegangan di sejumlah daerah karena ide yang berbeda mengenai bagaimana mengelola anjing liar yang kerap memangsa ternak domba mereka.
“Ketegangan muncul akibat perbedaan pendapat mengenai arahan dari pemerintah ke masyarakat, pendekatan pemerintah dalam mengendalikan pengelolaan anjing liar dinilai sejumlah kalangan malah melemahkan kemampuan dan pengetahuan orang-orang lokal dan kondisi ini menciptakan hambatan legislatif dan peraturan untuk pengendalian yang efektif. Pendekatan saat ini terlihat berbeda dari sejarah yang dipahami para pemilik lahan yang memegang tanggung jawab utama dalam pengelolaan hama,” demikian tulis laporan tersebut.
Laporan ini juga menemukan adanya perbedaan pandangan antara para aktifis lingkungan dan peternak, begitu juga ada perbedaan pandangan mengenai makna kesejahteraan hewan dan apakah teknik pengelolaan anjing liar ini bisa diterima dan berperikemanusiaan.
Bruce Moore, produsen benang wol dari kawasan Barnard River di Utara New South Wales sudah lama terlibat dalam program pengendalian anjing liar dan mengakui kalau di kalangan warga lokal memang terjadi ketegangan.
"Karena anjing liar memiliki wilayah yang sangat besar, mereka selalu datang dari tempat lain - yang tak terlihat di tempat lain.
"Di situlah ada banyak ketegangan, pemicunya antara lain seputar pertanyaan, apakah pemilik kawasan itu tidak ada? Apakah warga dari kawasan tetangga sebelah tidak begitu tertarik dengan program pengendalian? Atau apakah pengelola lahan memiliki prioritas yang berbeda dan tingkat keterlibatan yang berbeda dalam program pengendalian ini?"
"Ketidakmampuan untuk mendapatkan program prioritas dalam mengendalikan anjing liar yang sesuai dengan keinginan Anda ini menjadi salah satu faktor utama pemicu ketegangan."kata Moore.
Moore menambahkan produsen membutuhkan dukungan program yang bisa mempekerjakan fasilitator untuk memungkinkan semua pemangku kepentingan bisa saling bekerja sama.
"Saya pikir itu cara utama yang bisa dilakukan untuk mendorong komunikasi dan kemudian akan dapat meningkatkan komitmen terhadap program yang lebih luas."