REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), Kamis (20/2), memperingatkan kelangkaan air adalah salah satu masalah keamanan pangan paling mendesak yang dihadapi negara di Afrika Utara dan Timur Dekat.
Sementara itu, ketersediaan air di wilayah tersebut diperkirakan turun sampai 50 persen pada 2050. Peringatan tersebut dikeluarkan saat para menteri pertanian dan pejabat nasional mempersiapkan diri untuk menangani masalah itu dalam pertemuan badan tertinggi regional di organisasi tersebut mulai Senin depan (24/2).
Di antara masalah di dalam agenda untuk Konferensi Regional Ke-32 bagi Afrika Utara dan Timur Dekat tersebut adalah Gagasan baru Kelangkaan Air Regional.
''Program itu diluncurkan oleh FAO untuk mendukung negara anggota mengidentifikasi berbagai strategi, kebijakan dan praktek yang mendorong penyelesaian berkesinambungan bagi kelangkaan air,'' kata para pejabat PBB di Markas PBB, New York.
Wilayah tersebut telah membuat langkah penting selama dua daswarsa dalam mengembangkan kemampuan penyimpanan dan penggunaan airnya.
''Namun, masih ada pekerjaan yang harus dilakukan guna meningkatkan efisiensi air di bidang pertanian, meningkatkan kualitas air, dan menangani tantangan yang berkaitan dengan perubahan iklim," kata Abdessalam Ould Ahmed, Asisten Direktur Jenderal FAO dan Wakil Regional untuk Afrika Utara dan Timur Dekat.
''Ketersediaan air bersih per kapit di wilayah itu telah turun sampai dua-pertiga selama 40 tahun belakangan, sehingga menambah besar keprihatinan mengenai kemerosotan kualitas air dan dampaknya perubahan iklim,'' kata FAO dalam satu pernyataan sebagaimana dilaporkan Xinhua yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat.