REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Sebanyak 15 perusahaan Indonesia telah melakukan investasi di Nigeria. Sebagian besar perusahaan tersebut berasal dari sektor konsumsi. "Ada sekira 15 perusahaan seperti Multi Bintang dan Indofood," kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Armida Alisjahbana, Jumat (21/2).
Peluang investasi di Nigeria terbuka cukup lebar. Pasalnya, negara ini masih memerlukan investasi asing karena industrinya belum berkembang. Armida mengatakan, negara ekonomi terbesar kedua di Afrika ini didefinisikan oleh perusahaan Indonesia sebagai high risk high return. Artinya, potensi industrinya sangat besar meskipun risikonya juga masih tinggi.
Potensi industri pengolahan di Nigeria sangat bagus. Untuk kebutuhan konsumsi saja, Nigeria masih impor. "Indonesia kan cukup jagi di industri konsumsi," kata Armida.
Selain sektor konsumsi, industri minyak dan gas (migas) juga cukup potensial. Pertamina juga telah menyatakan minatnya untuk pengembangan di Nigeria. Namun, saat ini perusahaan pelat merah itu masih menunggu pengesahan undang-undang perminyakan Nigeria. Saat ini negara tersebut sedang merevisi uu perminyakan.
Konsumsi listrik di Nigeria saat ini masih sangat kecil dibandingkan Indonesia. Per tahun, konsumsinya hanya 4.000 megawatt. Sedangkan Indonesia 10 kali lebih besar. Bisa dibayangkan dengan kondisi seperti ini, Nigeria bisa tumbuh enam persen. "Menteri Keuangan Nigeria mengatakan, negara itu bisa tumbuh lebih tinggi lagi jika masalah ketersediaan listrik bisa diatasi," kata Armida.