Sabtu 22 Feb 2014 23:32 WIB

Ratusan Lajang di Sydney Ikut Ajang Mencari Jodoh

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Ratusan lajang dari segala usia di Kota Sydney, Australia datang menghadiri acara ajang pencarian jodoh  di Gedung Opera Sydney pada Jum’at malam (21/2).  Selain mencari pasangan, mereka juga berusaha berusaha memecahkan rekor dunia untuk kategori acara kencan buta yang paling banyak dihadiri orang dalam satu lokasi yang  saat ini masih dipegang oleh event sejenis yang digelar tahun lalu di Kota Chicago, AS.

Penyelenggara acara, Brett Couston optimistis acara mereka mampu memecahkan rekor baru  karena mereka memperkirakan ada lebih dari 700 orang lajang yang datang mencari tambatan hati

"Saya sangat senang melihat antusiasme  warga Sydney yang terlibat dalam event ini,” kata Couston.

"Sangat hebat, saat ini rekor kencan  buta seperti ini masih dipegang oleh Kota Chicago yang memecahkan rekor pada September tahun lalu.  Ketika itu ada sekitar 654 yang mengikuti kencan buta yang dilakukan sebanyak 327 kali.  Dan kita hari ini jumlahnya melebihi angka itu," kata Couston optimistis.

"Hari ini yang datang sekitar 700 atau mungkin paling banyak 780, jadi saya optimistis kita bisa memecahkan rekor dunia,” tuturnya.

Namun Couston menjelaskan jumlah peserta yang datang bukan menjadi satu-satunya ukuran, tapi ada sejumlah aturan lain yang harus diikuti untuk dapat memecahkan rekor dunia tersebut .

"Acara kencan ini harus digelar dalam waktu kurang dari satu jam. Dan para lajang yang terlibat didalam kegiatan ini benar-benar belum pernah bertemu sebelumnya dan tidak boleh dilakukan dalam kelompok, jadi harus satu per satu dengan durasi tertentu dalam keseluruhan kencan buta yang dilakukan selama satu jam itu,” paparnya.

Mencari isteri

Para lajang yang datang ke acara ini optimistis mereka akan berpeluang bertemu dengan sesorang yang bisa menjadi pasangan romantis mereka."Saya akan bertemu calon isteri saya dan saya akan masuk dalam buku rekor Guinness dunia,’ kata salah seorang lajang pria yang ikut berpartisipasi.

Sementara yang lainnya mengatakan; ” Saya tidak pernah datang ke Gedung Opera Sydney, saya bercerai dan ingin kembali mencari pasangan.”

Penyelenggara event lainnya, Louise O'Connor,  mengatakan sejumlah persiapan telah dilakukan untuk menyelenggarakan acara ini."Kita harus  memiliki pendamping untuk setiap 50 orang yang akan berkencan buta, dan harus merupakan relawan yang tidak memiliki relasi sama sekali dengan peserta kencan buta.

“Para pendamping itu harus mengawasi keseluruhan proses termasuk menghitung waktu kencan dan banyaknya yang berkencan.

"Dan kita harus memfilmkan seluruh proses kencan buta ini secara terus menerus dan kita juga memerlukan banyak footage dan foto dengan nama mereka,”

Data sensus Australia kekurangan penduduk pria

Tiket bagi lajang Perempuan untuk mengikuti acara habis terjual dua pekan lebih awal ketimbang tiket untuk para lajang pria.

Mark McCrindle, seorang peneliti sosial dan demografi yang menganalisis data Biro Pusat Statistik Australia (ABS) mengenai rasio pria terhadap wanita di seluruh Australia.

Berdasarkan data itu, Crindle menilai tidak mengherankan kalau banyak sekali lajang wanita yang sangat antusias untuk menghadiri acara tersebut.

 

"Begitulah realitas demografis, jumlah penduduk perempuan lebih banyak hampir 100.000 lebih ketimbang penduduk laki-laki,” katanya.

"Dan itu bukan hanya faktor populasi yang menua, tetapi karena kita tahu bahwa perempuan di Australia hidup lebih lama sekitar empat tahun dibandingkan laki-laki.

“Dan kondisi serupa juga terjadi di kelompok penduduk berumur sekitar 30-an dan 40-an tahun,”

“Di hampir sebagian besar kota-kota besar di Australia, ada lebih banyak penduduk perempuan ketimbang laki-laki. Australia memang kekurangan penduduk laki-laki dan Kota Sydney sama saja kondisinya,” katanya.

Couston mengatakan penyelenggara acara ini baru akan mengetahui keputusan apakah mereka berhasil memecahkan rekor dunia baru atau tidak pada pertengahan pekan depan.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement