REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS-- Total kematian akibat aksi protes pada Senin (24/2) di Venezuela bertambah menjadi 13 orang. Demonstran anti pemerintah masih memasang barikade dan membakar sampah di Caracas pasca kerusuhan terburuk Venezuela selama satu dekade terakhir.
Pemimpin oposisi Henrique Capriles telah meminta pengunjuk rasa melakukan demonstrasi damai. Lalu lintas di ibukota melambat dan orang-orang memilih tinggal di rumahnya. Sementara pengunjuk rasa membakar sampah dan puing-puing yang menumpuk sepanjang jalan utama.
Pihak berwenang di negara bagian perbatasan mengonfirmasi kematian lain. Yaitu seorang pria yang jatuh dari apartemen lantai dua karena terkena peluru dari pengunjuk rasa. Pemerintah mengatakan sebanyak 529 orang telah didakwa atas kerusuhan yang terjadi, 45 orang dipenjarakan. Sementara korban luka ada sekitar 150 orang.
''Kita tahu kita mengganggu orang, tapi kita harus bangun Venezuela,'' kata seorang pengunjuk rasa, mahasiswa Pablo Herrera di samping barikade di distrik Los Palos Grandes, Caracas.
Rangkaian demonstrasi ini adalah tantangan terbesar bagi pemerintahan Presiden Nicolas Maduro yang baru berusia 10 bulan. Meskipun tidak ada tanda-tanda penggulingan terhadap dirinya. Demonstrasi juga tidak mempengaruhi pengiriman minyak anggota OPEC dari venezuela sebagai eksportir minyak terbesar di Amerika Latin.