Selasa 25 Feb 2014 16:16 WIB

Korsel 'Kekeuh' Reunifikasi

Bendera Korsel
Bendera Korsel

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Korea selatan Park Geoeu Hye, Selasa (25/2), mengumumkan pembentukan satu komite yang berada dibawah pengawasan langsungnya untuk menyusun rencana-rencana "sistematik dan konstruktif" bagi reunifikasi semenanjung Korea yang terbagi dua itu.

Komite kepresidenan itu akan beranggotakan para pakar dari setiap sektor masyarakat dan menyusun satu cetak biru bagi perluasan dialog antar-Korea dan melakukan tukar pandangan bagi kemungkinan unifikasi.

"Bagi perdamaian sejati... perlu membuat persiapan-perasiapan bagi reunifikasi yang akan membuka era baru di semenanjung itu," katanya dalam satu pidato nasional yang disiarkan televisi untuk memperingati selesainya tahun pertama masa jabatannya.

Pidato itu bertepatan dengan saat mencairnya dalam hubungan Korsel-Korut, tercermin dalam reuni enam hari bagi para keluarga yang terpisah akibat Peran Korea.

Reuni itu, yang diselenggarakan di Korut dan berakhir Selasa, adalah pertama dalam lebih dari tiga tahun.

Pidato Park itu dipusatkan pada ekonomi Korsel yang ia tekankan-- bertentangan dengan banyak ahli-- akan sangat bermanfaat dari unifikasi dengan Korut.

Kendatipin sebagian studi menegaskan biaya yang besar diserap Korut yang miskin, Park menyoroti apa yang ia anggap sebagai satu kemungkinan "sumber keuntungan" akan diperoleh dari kombinasi keahlian teknik Korsel dan sumber-sumber alam Korut.

"Saya akan melakukan yang terbaik untuk meletakkan dasar," kata Park dan menambahkan bahwa komite itu akan "menyusun arahan-arahan yang sistematik dan konstruktif menuju reunifikasi".

Perang Korea tahun 1950-1953 diakhiri dengan gencatan senjata bukannya melalui satu perjanjian perdamaian, yang berarti kedua Korea secara teknis masih dalam perang," Reunifikasi telah lama menjadi prioritas bagi Seoul dan Pyogyang tetapi sentimen pro-pengabungan di Korsel yang sejahtera-- khususya dikalangan orang muda-- meredup dalam tahun-tahun belakangan ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement