Rabu 26 Feb 2014 08:36 WIB

PBNU Serukan Dialog untuk Atasi Konflik

Rep: ani nursalikah/ Red: Damanhuri Zuhri
Ketua PBNU Said Aqil Siraj (tengah), Dubes Azerbaizan Tamerlan Karayev (kanan) berbicara saat konfrensi pers di kantor PBNU, Jakarta, Senin (24/2).
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Ketua PBNU Said Aqil Siraj (tengah), Dubes Azerbaizan Tamerlan Karayev (kanan) berbicara saat konfrensi pers di kantor PBNU, Jakarta, Senin (24/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyerukan penghentian kekerasan di seluruh dunia yang sedang berkonflik. Aksi-aksi kekerasan hanya menghasilkan hancurnya peradaban manusia.

Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj menyerukan agar mengutamakan dialog dalam menyelesaikan masalah. Menurutnya, dialog merupakan solusi konflik agar kedamaian dapat terwujud.

Imbauan tersebut bersamaan dengan momentum kunjungan Raya Yordania Abdullah II bin Hussein ke Indonesia.

Untuk menghormati kedatangannya, PBNU akan menyelenggarakan Nahdlatul Ulama Sufi Gathering pada Rabu, 26 Februari, di Plenary Hall Jakarta Convention Center pukul 15.00 WIB.

Yordania merupakan satu-satunya negara yang dinilai aman dan tidak bergejolak. Padahal, negara ini berbatasan dengan Palestina, Arab Saudi, Irak, dan Suriah yang dilanda perang dan konflik.

“Kita tahu raja mencari dukungan dan yang paling cocok, ya Indonesia. Bagaimana menjaga netralitas untuk menyelesaikan konflik. Tema besarnya adalah Setop Kekerasan,” ujarnya saat ditemui, Senin (24/2).

Ia menambahkan, persepsi Timur Tengah terhadap Islam di Indonesia positif. Menurutnya, di Indonesia banyak organisasi masyarakat yang bisa mengendalikan jamaahnya.

Ormas juga memiliki peran sebagai pihak netral dan penengah antarparpol, antarpemerintah. Sedangkan, di Timur Tengah tidak ada ormas. Sehingga, ujarnya, para ulama tidak mampu berperan bagi negara.

PBNU juga menyerukan agar kelompok besar, yakni suku, etnik, dan komunitas, harus melindungi kelompok yang kecil, mengawal keadilan, mengupayakan kesejahteraan, dan perbaikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement