Kamis 27 Feb 2014 03:49 WIB

4 Orang Tewas dalam Ledakan di Kolombia

Angkatan Kiri Bersenjata Revolusioner Kolombia, FARC
Foto: deadliestfiction.wikia.com
Angkatan Kiri Bersenjata Revolusioner Kolombia, FARC

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Empat orang tewas dan 10 lain cedera dalam ledakan di sebuah toko swalayan di Kolombia barat, Rabu (26/2). "Putri pemilik toko dan tiga pegawai tewas," kata Jendral Rodolfo Palomino, kepala kepolisian nasional.

Serangan itu terjadi di Quibdo, ibu kota provinsi Choco di perbatasan dengan Panama. Sejumlah pejabat memperkirakan, ledakan itu disebabkan oleh sebuah bom bungkusan yang ditinggalkan di toko itu pada Selasa larut malam. Palomino menyatakan yakin, pemboman itu dilakukan oleh kelompok gerilya FARC.

Selama lebih dari setahun, pemerintah Presiden Juan Manuel Santos dan Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) melakukan perundingan perdamaian di Kuba dengan tujuan mengakhiri konflik terlama Amerika Latin itu.

Dari lima poin agenda, kedua pihak sejauh ini baru mencapai dua kesepakatan. Yaitu reformasi tanah dan keikutsertaan kelompok pemberontak itu dalam politik jika mereka mengakiri perang yang telah berlangsung hampir 50 tahun. Masalah lain yang diagendakan adalah perdagangan narkoba, ganti-rugi korban perang dan diakhirinya konflik.

FARC untuk pertama kali telah mengakui sebagian tanggung jawab atas pertumpahan darah puluhan tahun. Sikap ini mengisyaratkan perubahan berarti dalam sikap mereka. Karena selama ini kelompok itu tetap mengklaim bahwa anggotanya menjadi korban penindasan pemerintah.

Kekerasan masih terus berlangsung meski upaya perdamaian dilakukan oleh kedua pihak. FARC, kelompok gerilya kiri terbesar yang masih tersisa di Amerika Latin. 

Menurut perkiraan pemerintah, kelompok ini diyakini memiliki sekitar 9.200 anggota di kawasan hutan dan pegunungan di Kolombia.  Kelompok itu memerangi pemerintah Kolombia sejak 1964.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement