REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Pihak berwenang Venezuela pada Rabu (26/2) mengatakan mereka telah menangkap lima agen intelijen berkaitan dengan dugaan pembunuhan selama aksi-aksi protes terhadap pemerintah Presiden Nicolas Maduro.
Sebelumnya pada Senin (24/2), sembilan orang ditangkap dalam kasus yang sama termasuk tiga anggota dinas intelijen SEBIN, dan sejumlah polisi. "Kantor kejaksaan telah menahan lima pejabat SEBIN karena mereka diduga terlibat dalam kematian para demonstran Bassil Da Costa dan Juan Montoya," kata sumber resmi di pemerintahan dalam satu pernyataan, dan mencatat bahwa telah 14 orang yang ditangkap dalam kasus ini.
Da Costa adalah seorang mahasiswa yang terlibat dalam protes terhadap pemerintahan Maduro, sementara Montoya adalah bagian dari sebuah organisasi pro-pemerintah.
Negara kaya minyak tetapi sangat terpecah Venezuela telah tersapu oleh aksi-aksi protes yang dipimpin sejak 4 Februari, merupakan tantangan terbesar pemerintahan Maduro yang belum satu tahun sejak ia menjabat. Maduro telah berupaya untuk memperdalam sosialis, kebijakan anti-Amerika pendahulu dan mentor karismatiknya, mendiang Hugo Chavez.
Namun kemarahan publik atas kekurangan makanan dan kebutuhan pokok lainnya, melonjaknya inflasi serta kejahatan yang merajalela menjadi semacam kayu bakar untuk meletusnya kekerasan di jalanan. Maduro telah menanggapi protes jalanan dengan kekuatan, menangkap sejumlah demonstran serta para pemimpin oposisi terkemuka Leopoldo Lopez.
Sementara itu Amerika Serikat musuh bebuyutannya telah mengusir tiga pejabat kedutaan Venezuela dalam satu langkah saling balas setelah Caracas menendang keluar tiga diplomat Amerika pekan lalu, kata seorang pejabat Departemen Luar Negeri, Selasa (25/2).
Ketiga diplomat Venezuela telah diberi waktu 48 jam untuk meninggalkan Amerika Serikat, kata pejabat itu, dalam satu langkah yang terjadi saat Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengatakan dia berencana untuk menunjuk duta besar baru untuk Washington.