REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Maskapai regional Australia meminta pemerintah federal memberikan bantuan berupa jaminan hutang atau bentuk paket bantuan lainnya seperti yang akan diberikan kepada maskapai Qantas kepada operator lain yang juga tengah mengalami kesulitan.
Kamis (27/2) lalu, maskapai Qantas melaporkan kerugian sebesar $252 juta dan Direktur Utama Qantas, Alan Joyce mengumumkan perusahaannya terpaksa harus merumahkan 5.000 pekerja selama tiga tahun ke depan.
Maskapai ini meminta Commonwealth untuk memberikan jaminan utang, meskipun Pemerintah telah mengindikasikan bahwa mereka tidak mendukung pilihan itu.
Salah satu operator terbesar di sektor penerbangan sipil, yakni Regional Express atau Rex, juga merilis angka kerugian pertengahan tahun pekan ini yang menunjukan keuntungan mereka turun $5juta sebelum pajak.
Rex menilai dukungan alokasi dana pajak yang diberikan pemerintah kepada Qantas harus diperluas ke pemain regional juga.
Direktur Asosiasi Maskapai Penerbangan Daerah Australia (RAAA), Paul Tyrrell mengatakan saat ini merupakan waktu yang sangat sulit bagi industri penerbangan sipil secara luas dan banyak operator lain yang juga mengalami kesulitan.
"Kami punya pemain berpengalaman yang juga tengah mengalami himpitan biaya," katanya, baru-baru ini.
Tyrrell mengatakan RAAA lebih memilih pemerintah federal mengubah UU kepemilikan saham internasional Qantas daripada menerbitkan surat jaminan utang.
"Qantas merupakan pesaing kuat di rute regional dibandingkan perusahaan Australia lainnya dan menguasai rute penerbangan Pulang Pergi (PP) dibandingkan perusahaan Australia lainnya."
Tyrrell mengatakan pemerintah akan menghadapi rIsiko tambahan jika menawarkan bantuan kepada Qantas.
"Jika pemerintah mampu memberikan bantuan yang sangat besar seperti Qantas dengan jaminan utang, maka pemerintah akan mendapati banyak perusahaan maskapai sipil lain yang mengetuk pintu meminta bantuan serupa,” katanya.