REPUBLIKA.CO.ID, YANGON— Lembaga bantuan kesehatan dari Perancis, Medecins Sans Frontieres (MSF) mengaku sangat terkejut ketika pemerintah Myanmar memintanya untuk menghentikan operasinya memberikan bantuan dan pelayanan kesehatan bagi pengungsi Rohingya, Jumat, (28/2).
Padahal lembaga tersebut merupakan lembaga satu-satunya yang membantu puluhan ribu jiwa. Lembaga tersebut fokus memerangi HIV/AIDS, malaria dan TB di Rakhine.
Warga Rohingya saat ini mengalami diskriminasi yang dilakukan oleh pemerintah Myanmar. Mereka dianggap sebagai orang Banglades dan hak-hak dasarnya dicabut. Bahkan kekerasan terhadap mereka terjadi sejak Juni 2012.
Salah seorang wakil MSF mengatakan, tidak ada organisasi kesehatan lainnya yang bisa membantu warga Rohingya dalam skala besar. “Kami dalam mengobati semua pasien selalu menjunjung tinggi etika medis dan prinsip netralitas, tidak memihak siapapun,”katanya.
Menurut koresponden BBC di Yangon, Jonah Fisher MSF salah satu lembaga yang memberikan bantuan kesehatan bagi warga Rohingya yang selalu ditolak dari berbagai klinik dan rumah sakit.
Alasan pemerintah Myanmar meminta MSF menghentikan operasinya membantu Rohingya karena MSF dianggap memprioritaskan pasien Rohingya dari pada pasien beragama Budha. MSF dianggap memihak Rohingya.
Mungkin, ujar Jonah, MSF diminta berhenti beroperasi karena sebulan yang lalu mereka mengaku merawat orang-orang Rohingya setelah terjadinya pembunuhan masal yang dilakukan orang-orang Budha kepada Muskim Rohingya di dekat perbatasan Bangladesh.