Senin 03 Mar 2014 15:00 WIB

Jepang Bantu Palestina

Bantuan untuk Palestina
Foto: dok/pri
Bantuan untuk Palestina

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dessy Suciati Saputri/ Esthi Maharani

Israel telah menduduki 62 persen wilayah Palestina sehingga pembangunan pun terbatas.

JAKARTA — Dukungan untuk kebangkitan Palestina dari tekanan Israel tak hanya datang dari dunia Islam. Dalam Conference on Cooperation among East Asian Countries for Palestenian Development (Ceapad), Jepang menyatakan komitmennya untuk membantu negara tersebut 200 juta dolar AS atau setara Rp 2,4 triliun dengan kurs satu dolar AS senilai Rp 12 ribu.

Menteri Luar Negeri Jepang Fumio Kishida menyatakan, bantuan tersebut akan dicairkan dalam tiga bagian. “Pembayaran sekitar 62 juta dolar AS akan dilakukan secepat mungkin pada awal bulan ini,” kata dia dalam acara tersebut yang berlangsung di Jakarta, Sabtu (1/3).

Selain membantu pembangunan infrastruktur dan finansial, Jepang juga akan membantu pelatihan sekitar seribu warga Palestina selama lima tahun dan bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia, Malaysia, Singapura, serta Thailand.

Tidak hanya itu, Jepang pun berkomitmen akan membangun mekanisme penggunaan dana untuk pembangunan Bank Pembangunan Islam.

Menurut Fumio, pertemuan Ceapad ini merupakan konferensi yang penting untuk mencapai perdamaian di Timur Tengah. “Untuk mencapai cita-cita ini, mari bersama-sama kita berkontribusi untuk membangun perekonomian Palestina,” kata dia.

Pertemuan ini merupakan pertemuan setingkat menteri negara-negara Asia Timur (ASEAN plus Jepang, Cina, dan Korea) serta mitra pembangunan lainnya.

Ceapad II ini juga dihadiri 31 negara undangan, terdiri atas 13 negara peserta, lima organisasi internasional, dan 13 observer (Amerika Serikat, Australia, Norwegia, India, Uni Emirat, dan sejumlah negara Timur Tengah).

Dalam kesempatan yang sama, Perdana Menteri Palestina Rami Hamdallah mengungkapkan kondisi negaranya. Menurut dia, saat ini otoritas Israel telah menduduki 62 persen wilayah Palestina.

Sehingga pembangunan pun terbatas. Rami juga mengatakan pihaknya kesulitan mengakses sumber daya alam untuk kemakmuran rakyat Palestina.

“Wilayah Yerusalem Timur dan Jalur Gaza terisolasi. Pembangunan di wilayah yang diduduki Israel memengaruhi kedaulatan negara kami,” ujar dia.

Selain itu, ungkap Rami, sejumlah insiden pun sering mengguncang masyarakat Palestina di wilayah yang diduduki Israel.

Ia juga menyebut menurunnya perekonomian di Palestina pada 2014, yakni sekitar 1,3 miliar dolar AS dengan utang yang mencapai 4,6 miliar dolar AS akibat pendudukan Israel. Dengan kondisi seperti itu, dia mengetuk hati semua peserta konferensi untuk bisa terus membantu Palestina.

“Kalian adalah rekan kami, kami bergantung pada bantuan Anda untuk memberikan dukungan politik dalam dunia internasional dan memenuhi mimpi rakyat Palestina untuk mencapai kebebasan dan kemerdekaan,” kata Rami. Harapan ini pun disambut hangat para anggota dan delegasi dari Ceapad.

Menteri Luar Negeri Afrika Selatan Maite Nkoana-Mashabane menyebut kemerdekaan negaranya belum lengkap tanpa kemerdekaan dari Palestina.

Kata dia, tokoh Afrika Selatan, Nelson Mandela, semasa hidupnya pernah mengatakan kemerdekaan negaranya itu tidaklah lengkap tanpa kemerdekaan warga Palestina.

Tidak hanya itu, dukungan untuk meraih kemerdekaan Palestina itu pun juga diberikan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang membuka acara tersebut.

“Kami berkumpul hari ini untuk menyatakan solidaritas kami kepada rakyat Palestina. Kami juga akan membantu mereka untuk mencapai negara yang merdeka dengan melakukan pembangunan,” kata SBY.

Upaya untuk menjadikan Palestina sebagai negara merdeka dan berdaulat, menurut SBY, memerlukan dukungan dan sokongan dari negara-negara lain. Ia menilai, persiapan itu harus dimulai sekarang dengan mengumpulkan dukungan dari berbagai negara.

“Kita punya tanggung jawab untuk membantu saudara-saudara kita di Palestina,” kata dia. Indonesia sendiri sedikitnya menerima 1.200 orang Palestina untuk menyerap ilmu.

Ada pula warga Palestina yang datang dalam acara Bali Democracy Forum (BDF) untuk mengambil ilmu tentang demokrasi yang dibagi oleh negara-negara peserta BDF.

Diharapkannya hal tersebut bisa meningkat sehingga Palestina benar-benar punya amunisi pada masa depan ketika membangun negaranya sendiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement