REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Sebuah ledakan bom di Bahrain menewaskan tiga polisi, termasuk seorang Emirat, selama konfrontasi dengan "para perusuh" di dekat Manama, dalam serangan paling berdarah terhadap pasukan keamanan sejak pemberontakan mereka dihancurkan pada tahun 2011.
Para saksi mata melaporkan mendengar ledakan di desa berpenduduk Syiah, Daih, di pinggiran ibu kota Bahrain, pada saat polisi menembakkan gas air mata dan gotri untuk membubarkan demonstrasi.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengutuk serangan bom mematikan itu dan mengirim ucapan belasungkawa kepada keluarga para korban, kata juru bicaranya.
"Tindakan kekerasan seperti itu tidak dapat dibenarkan dengan alasan apapun ... Dia mendesak semua Bahrain untuk datang bersama-sama menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mempromosikan rekonsiliasi," tambah juru bicara pemimpin PBB itu.
Ledakan itu adalah serangan paling serius terhadap aparat keamanan dalam hal korban sejak mayoritas Syiah memimpin pemberontakan yang terinspirasi gerakan Musim Semi Arab pada Februari 2011 melawan Al-Khalifah.
Bentrokan-bentrokan itu meletus sering dekat Manama antara pasukan keamanan dan pengunjuk rasa Syiah yang menuntut penguasa dinasti Al -Khalifa Sunni menyerahkan cengkeramannya pada semua jabatan kabinet penting dalam mendukung pemerintahan terpilih.
Pada Senin, "tiga personel polisi tewas dalam ledakan teror di Daih, sementara polisi membubarkan perusuh," kata kementerian dalam negeri Bahrain di Twitter.
Kementerian dalam negeri di Uni Emirat Arab mengatakan, seorang petugas dari pasukan kepolisian berada di antara orang yang tewas.
Oposisi yang didominasi Syiah cepat mengutuk pemboman itu Senin, menekankan tuntutan politik harus disuarakan dengan cara yang "damai."
Polisi Emirat itu adalah Lettu Tariq al-Shehi yang meninggal bersama dengan dua anggota polisi Bahrain lainnya" saat melakukan tugas nasional menjaga ketertiban, kata kementerian dalam negeri Uni Emirat Arab (UEA).
Dia adalah petugas Teluk pertama yang ilaporkan tewas sejak pasukan dari wilayah ini meluncur ke Bahrain Maret 2011 untuk meningkatkan keamanan pasukan kerajaan, yang kemudian memadamkan pemberontakan selama sebulan.
Bahrain selalu mempertahankan kekuatan Teluk namun tidak mengambil bagian dalam konfrontasi dengan pengunjuk rasa yang telah dikerahkan untuk melindungi instalasi-instalasi penting.
Kementerian UAE mengatakan bahwa Shehi adalah bagian dari kekuatan yang dibentuk sebagai bagian dari pakta keamanan bersama Teluk.