REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA – Singapura menduduki posisi puncak kota termahal di dunia tahun 2014. Berdasarkan penelitian terbaru Economist Intelligence Unit (EIU), dikutip dari BBC, negara yang hanya seluas 710 kilometer persegi itu ‘mengalahkan’ 130 kota lain di seluruh dunia termasuk Tokyo yang sebelumnya menjadi kota termahal 2013.
EIU menilai nilai mata uang dolar Singapura sangat kuat dan menguat dibanding Yen. Biaya tinggi untuk hidup berkontribusi terhadap pemeringkatan ini. Perlu biaya yang tinggi untuk keperluan mobil, kebutuhan pokok hingga tagihan listrik. Rilis dalam EIU menyatakan, sebagai negara dengan sangat sedikit sumber daya alam, Singapura sangat bergantung pada negara-negara lain untuk energi dan pasokan air.
Kota ini bahkan menjadi tempat paling mahal untuk membeli pakaian. Perkembangan tempat perbelanjaan mahal dan butik di sepanjang Orchard Road turut menyumbang poin dalam pemeringkatan. Area belanja yang terkenal ini menjual merek mewah Eropa yang diimpor.
Naik pamornya peringkat Singapura sebenarnya terjadi karena kondisi ekonomi mereka yang stabil. Singapura telah masuk dalam 18 kota paling mahal sepuluh tahun yang lalu. Sementara negara lain terus berusaha menurunkan peringkat dengan menurunkan biaya hidup. Seperti New York yang konsisten mengalami penurunan peringkat selama 12 bulan terakhir.
Empat kota lain yang juga mendapat predikat kota mahal mengikuti Singapura, yaitu Paris, Oslo, Zurich dan Sidney. Tokyo ‘turun peringkat’ di posisi ke enam. Survey biaya hidup yang dilakukan EIU menggunakan kota New York sebagai standar. Data diperoleh dari sekitar 400 orang koresponden di masing-masing kota.
Tahun lalu, Singapura berada di posisi enam setelah Tokyo, Osaka, Sidney, Oslo dan Melbourne. Berdasarkan laporan EIU, dikutip dari Channel News Asia, turunnya peringkat Tokyo dan Osaka karena melemahnya mata uang yen. Setelah Tokyo, peringkat selanjutnya diisi Caracas, Geneva dan Melbourne. Sementara Hong Kong menempati peringkat ke 13.
10 peringkat teratas nominasi ini didominasi oleh kota-kota di Asia, Australia dan Eropa. Editor laporan EIU, Jon Copestake mengatakan keadaan di kota-kota Eropa membaik dan ada kenaikan hubungan dengan Asia menjadikannya pasokan untuk menjadi kota termahal.