REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS — Pengiriman bantuan makanan yang ditujukan untuk ribuan orang yang tingggal di Yarmouk, selatan Damaskus, terhenti.
Pejabat PBB dan sejumlah aktivis mengatakan, terhentinya pengiriman makanan untuk ribuan pengungsi itu, disebabkan pecahnya bentrokan dan gencatan senjata yang terjadi antara pasukan pemerintah dan pemberontak Suriah.
Dikutip dari Aljazeera, Selasa (4/3), bentrokan yang meletus pada Ahad (2/3) sore dan masih berlangsung hingga Senin (3/3) itu, merupakan kekerasan paling serius dari rentetan peristiwa yang terjadi selama beberapa minggu di Palestina dan Suriah itu.
Juru bicara PBB di Damaskus, Chris Gunness, mendesak semua pihak untuk segera memungkinkan berjalannya lagi proses penyaluran bantuan makanan ke lokasi. Sebab, kini kasus gizi buruk kian marak di Damaskus.
Pada Senin (3/3), Gunness mengatakan, PBB sangat prihatin terkait situasi kemanusiaan yang berlangsung ini. Fakta menunjukkan, peningkatan ketegangan yang terjadi, berdampak pada keputusasaan ribuan orang yang membutuhkan pertolongan itu. Hasilnya pun akibat bentrokan dua hari lalu itu tak kian meringankan penderitaan warga sipil di sana, dikarenakan bantuan makanan yang belum datang.
Atas hal ini, para aktivis memperkirakan, bahwa setidaknya terdapat lebih dari 100 orang telah meninggal akibat kelaparan atau akibat penyakit yang berhubungan dengan kelaparan, sejak aktivitas pemblokiran hampir setahun yang lalu. Akibat blokade ini, akses pengiriman bantuan makanan dan medis yang akan memasuki Yarmouk terkendala.