REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Pusat Inovasi Rotan (Innovation Zentrum Lichtenfls-IZL) Jerman menjalin kerja sama dengan Pusat Inovasi Rotan Nasional (PIRNas) untuk membantu mengembangkan desain produk rotan Indonesia agar lebih mampu bersaing di pasar dunia.
"Para ahli dari IZL Jerman akan membantu melatih para desainer rotan Indonesia agar produk kita lebih diminati pasar internasional," kata Ketua PIRNas Prof Dr Tanra Tellu MSi di sela pembukaan workshop nasional desain rotan di Palu Golden Hotel, Selasa malam.
Tanra Tellu yang juga guru besar ekonomi Universitas Tadulako Palu itu mengemukakan bahwa PIRNas memilih bekerja sama dengan IZL karena lembaga ini telah memiliki reputasi internasional dalam bidang inovasi rotan.
"Banyak pusat-pusat inovasi industri lainnya yang cukup terkenal di dunia, tetapi hanya IZL ini yang betul-betul fokus ke rotan, karena itu kita pilih IZL," ujarnya.
Selain itu, IZL juga memiliki jaringan perdagangan rotan yang luas di dunia, sehingga lembaga ini juga membantu pengusaha rotan nasional untuk melakukan pameran dan promosi dagang di seluruh dunia.
"Kita sudah melakukan tiga kali pameran produk industri rotan di Eropa dan Amerika selama 2013 hingga sekarang, dan bulan Juli akan melakukan pameran lagi di Amerika Serikat," ujarnya.
Sementara itu IZL mengaku tertarik bekerja sama dengan PIRNas karena Indonesia merupakan penghasil rotan terbesar di dunia dan PIRNas telah bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) sehingga IZL lebih yakin untuk bermitra dengan PIRNas.
"Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk menguasai pasar produk rotan dunia karena bahan bakunya banyak dan desain tradisional dari berbagai daerah telah berkembang cukup baik," kata Prof Auwi Stubbe, Pimpinan IZL Jerman pada pembukaan pelatihan tersebut.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Sulteng Abubakar Almahdali berharap PIRNas memberikan kontribusi yang lebih signifikan dalam mendorong tumbuhnya industri rotan di daerah ini.
"Sulteng adalah penghasil rotan terbesar di Indonesia, yakni mencapai sekitar 60 persen dari produksi rotan tiap tahun, namun industrinya belum berkembang seperti di Jawa. Karena itu, penetapan PIRNas untuk berpusat di Sulteng diharapkan membawa manfaat besar bagi kesejahteraan masyarakat yang hidupnya terkait dengan rotan mulai dari hulu sampai hilir," ujarnya.
Pelatihan desain rotan atas kerja sama PIRNas dan IZL Jerman itu diikuti 21 desainer dari berbagai provinsi di Indonesia, akan berlangsung selama enam hari.