REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Biro Ekonomi Pertanian dan Sumber Daya Alam Australia menyatakan, negara ini menghadapi persaingan yang semakin besar dari Amerika Serikat dan Brasil untuk mempertahankan statusnya sebagai pemasok utama daging sapi ke China.
Dalam konferensi tahunan yang diselenggarakan biro tersebut pekan ini, disebutkan bahwa China akan mencakup kira-kira separuh dari kenaikan kebutuhan pangan dunia sebelum tahun 2050.
Hari pertama konferensi didominasi pembahasan bagaimana memenuhi kebutuhan pangan China yang semakin besar.
Analis ekonomi Jammie Penm dari biro tersebut mengatakan, kebutuhan daging sapi saja dapat melonjak 1000 persen selama 40 tahun mendatang. Hal ini disebabkan karena konsumen perkotaan China makin sering berbelanja di supermarket, membeli makanan cepat saji serta makanan jadi dan makan di restoran.
Dalam pasar daging China, India sudah merundingkan akses untuk ekspor daging kerbau, sementara Amerika Serikat dan Brasil meningkatkan upaya yang sama untuk daging sapi.
Sementara itu Pemerintah Australia berharap, suatu persetujuan perdagangan bebas dengan China akan memungkinkan negara ini mempertahankan 60 persen pasokan daging sapi ke China, yang mencapai 300 ribu ton pertahun.