Rabu 05 Mar 2014 17:12 WIB

Pemerintah Australia akan Buka Hutan Lindung bagi Industri Kayu

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, mengumumkan pemerintahannya ingin membuka lebih banyak lahan hutan lindung untuk industri kayu. Namun, tindakannya dikritik karena dianggap tidak menghargai keputusan perlindungan hutan dan justru akan memicu konflik dalam industri kehutanan.

Abbott mengumumkan akan membatalkan status warisan terlindungi sebagian lahan hutan di negara bagian Tasmania, dan akan mendirikan dewan penasehat baru untuk mendukung industri kayu negaranya.

Hal ini disampaikannya di Canberra dalam acara makan malam dengan industri kayu hari Selasa (4/3), kemarin.

Sebanyak 170.000 hektar hutan Tasmania merupakan bagian dari kawasan warisan dunia. Namun, pemerintah telah meminta pada komite warisan dunia (World Heritage Committee) agar 74.000 hektar dari 170.000 hektar tersebut dibebaskan. 

"Kita punya cukup banyak taman nasional. Kita sudah punya banyak hutan terkunci. Bahkan, kita punya terlalu banyak hutan terkunci," ucap Abbott.

Belum ditetapkan siapa yang akan menjadi anggota dewan penasehat baru

Namun, wakil Ketua Menteri Tasmania, Bryan Green, mengatakan bahwa pendekatan Abbott justru merupakan langkah mundur bagi industri kayu, dan akan mengakibatkan kembalinya konflik soal penebangan hutan antara para aktivis dan industri kayu.

"Cara terbaik adalah melalui perjanjian yang dibuat para aktivis dan industri, yaitu Perjanjian Kehutanan Tasmania (TFA)," katanya.

Pemimpin partai hijau, Christine Milne, mengatakan bahwa dunia akan menganggap bahwa Australia tak menghargai kawasan terlindungi dunia atau taman-taman nasional. Selain itu, tindakan Abbott juga akan berakibat buruk pada industri kayu.

"Tony Abbott benar-benar salah kaprah. Industri kayu di Tasmania kepayahan karena tak ada yang ingin beli kayu dari produk yang berasal dari hutan primer. Saat ini sudah ada kesadaran tinggi untuk melindungi sisa-sisa hutan primer di dunia," ucapnya. 

Menurut Milne, perjanjian perdamaian untuk menjadikan 170.000 hektar hutan sebagai warisan dunia justru telah memberi kesempatan bagi para pengusaha kayu untuk berbisnis.

"Ia akan menghancurkan industri kehutanan dan merk bersih, hijau, cerdas Tasmania, yang merupakan aset utama kita. Merk itu berasal dari kawasan warisan terlindung dunia kita," ucapnya baru-baru ini.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement