REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Departemen Pertahanan Amerika Serikat mengusulkan anggaran perang tahun 2015 senilai 79,4 milyar dolar (atau kurang lebih setara dari belanja perang pada tahun ini) meskipun sebagian besar tentara negara tersebut akan ditarik dari Afghanistan pada akhir tahun, demikian sejumah pejabar Pentagon menyatakan pada Selasa.
Dana "operasi darurat di luar negeri" di Amerika Serikat dipisahkan dari anggaran "dasar" Pentagon. Dana operasi darurat tersebut pada tahn-tahun sebelumnya digunakan untuk membiayai perang di Afghanistan, Irak, dan upaya perang melawan terorisme di sejumlah negara lain.
Sebelumnya, para pejabat di Gedung Putih pada masa pemerintahan Barack Obama berjanji akan mengembalikan belanja perang dalam anggaran utama Departemen Pertahanan.
Namun Departemen Pertahanan pada Selasa dalam usulan belanja tahun 2015 tetap memasukkan pendanaan perang secara terpisah dan dengan nilai yang hampir sama dengan tahun ini. Dana operasi darurat luar negeri tahun 2014 adalah senilai 85,2 milyar dolar.
Sampai saat ini, jumlah tentara Amerika Serikat yang masih bertahan di Afghanistan masih mencapai 33.700 dan sebagian besar di antaranya akan kembali ke negara asal pada Desember.
Secara keseluruhan (di luar dana operasi darurat luar negeri), Pentagon mengusulkan anggaran belanja senilai 575 milyar dolar AS pada 2015 mendatang. Jumlah tersebut jauh melampaui belanja militer tahun 2001 yang hanya sekitar 316 milyar dolar AS namun masih lebih kecil dibanding tahun 2010 yang mencapai 691 milyar dolar AS.
Pengeluaran Amerika Serikat untuk militer jauh melampaui negara-negara lain. Menurut kelompok konsultan IHS Jane, China di tempat kedua hanya menganggarkan 132,2 milyar dolar AS untuk pertahanan sementara Rusia 68,9 milyar dolar AS.
Meskipun tercatat sebagai negara dengan anggaran pertahanan terbesar di dunia, Pentagon dalam usulan belanjanya mengatakan bahwa mereka masih kekurangan uang untuk memodernisasi pesawat tempur, pelatihan tentara, dan mendanai pangkalan militernya.
Menteri Pertahanan Chuck Hagel sebelumnya telah mengungkapkan prioritas belanja militernya pada pekan lalu. Dia mengusulkan pemotongan jumlah personil tentara Amerika Serikat dan di saat bersamaan menginvenstasikan dana besar ke pengembangan persenjataan berteknologi tinggi.