REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH -- Kamboja perlu membangun modal manusia berkualitas dan kompeten untuk mempersiapkan diri pada persaingan ketika Masyarakat Ekonomi ASEAN menjadi kenyataan pada akhir tahun 2015, kata Perdana Kamboja Menteri Hun Sen, Selasa.
"Pemerintah Kamboja akan memusatkan perhatian pada penguatan kualitas pendidikan dan pelatihan kejuruan teknis yang belum merespon dan menyesuaikan dengan permintaan pasar untuk memastikan pemuda generasi penerus sekarang layak bisa melanjutkan pembangunan negara," katanya pada Forum Sektor Pemerintah-Swasta ke-17 di Istana Perdamaian ibu kota.
Perdana Menteri mengatakan, partisipasi sektor swasta adalah faktor penting lain untuk kesiapan keanggotaan Kamboja dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
"Kami mengejar Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 adalah sebanding dengan perahu balap yang membutuhkan pendayung pada kedua ujung depan dan ujung belakang perahu itu," kata Perdana Menteri.
"Meskipun pemerintah, pendayung belakang, memiliki tanggung jawab atas kemudi kapal, tetapi masukan dari sektor swasta di ujung depan perahu sama-sama penting untuk pengaturan arah."
Dia mengatakan, pemerintah ingin melihat partisipasi yang lebih besar dari sektor swasta dalam menghadapi tantangan yang dihadapi oleh Kamboja dalam konteks Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015.
Bretton Sciaroni, Ketua Kamar Dagang Internasional Kambodia, mengatakan ASEAN akan menjadi wilayah dengan pergerakan bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran yang lebih bebas modal ketika menjadi sebuah komunitas.
"Ketika Masyarakat Ekonomi ASEAN menyadari, blok akan menjadi pasar tunggal dan basis produksi, membuat wilayah ini lebih dinamis dan kompetitif," katanya.
"Oleh karena itu, penting bagi Kamboja untuk mempersiapkan diri dalam memanfaatkan integrasi ekonomi regional ini."
Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) beranggotakan Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.