REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Militer Korea Utara pada Rabu menyatakan pembelaan untuk serangkaian kegiatan terbaru uji rudal dan roket Korea Utara. Mereka juga menentang kritik pedas yang disampaikan Korea Selatan dan Amerika Serikat terhadap peluncuran rudalnya.
Peluncuran rudal dan roket Korea Utara itu dipandang sebagai "peregangan otot" militer untuk mencerminkan kemarahan Korut atas latihan militer gabungan Korsel-AS yang sedang berlangsung.
Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita resmi Korea Utara, KCNA, juru bicara Tentara Rakyat Korea (KPA) mengatakan bahwa uji rudal itu --suatu pelanggaran terhadap sanksi PBB yang melarang setiap uji coba rudal balistik oleh Korut-- adalah praktek militer biasa.
Korea Utara telah menembakkan setengah lusin rudal jarak pendek ke arah laut di lepas pantai timurnya selama seminggu terakhir dan diikuti oleh tembakan sejumlah roket dari beberapa peluncur pada Selasa (4/3).
Korea Selatan menyebut peluncuran rudal Korut itu sebagai sebuah provokasi sembrono. Sementara itu, AS mendesak Korut untuk segera menghentikan uji coba rudalnya. AS mengatakan bahwa tindakan Korea Utara berisiko menyulut ketegangan regional.
Namun, juru bicara KPA mengatakan semua rudal dan roket --yang telah diuji pada kisaran jarak antara 55 kilometer (33 mil) dan 500 kilometer-- mengikuti lintasan sesuai dengan yang direncanakan tanpa kesalahan sedikit pun.
Juru bicara itu menekankan bahwa uji coba tersebut tidak memberi dampak apapun terhadap perdamaian atau stabilitas regional. Ia pun memukul balik kritik dari AS dan Korea Selatan.
"Amerika Serikat dan para pengikutnya yang menunjukkan permusuhan terhadap republik kami, dengan kejam telah menyerang kami sejak saat roket kami meluncur menuju langit," katanya.
Ia menambahkan provokasi nyata yang sebenarnya adalah latihan militer bersama yang diadakan di Korea Selatan, yang dimulai pada 24 Februari. Korea Utara secara rutin mengecam latihan tahunan Korsel-AS sebagai latihan untuk invasi.