Kamis 06 Mar 2014 20:31 WIB

Pelaku Pembunuhan Gunakan Ponsel Phantom

Ponsel
Ponsel

REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Secara khusus, ABC mendapatkan informasi jika anggota dari klub motor terkenal Comanchero diduga telah memesan setidaknya dua pembunuhan. Aksi mereka yang menggunakan ponsel anti-sadap itu telah mencuri perhatian publik dalam beberapa tahun terakhir.

Pembunuhan yang dimaksud adalah Zoltan Slemnik, anggota Hells Angel yang baru-baru ini tewas ditembak mati saat mengendarai motor di Selatan Sydney, Juli tahun lalu. Kasus lainnya yakni pembunuhan Roy Yaghi, rekan Hells Angels yang juga terdakwa peracik obat bius yang juga ditembak mati pada tahun 2012 saat berada didalam kendaraan pick up-nya di Barat Sydney.

Kepolisian NSW mengaku telah mengetahui hubungan antara Comancheros dengan dua pembunuhan tersebut. Namun polisi kesulitan menyelidiki keterlibatan mereka karena penggunaan telepon anti-sadap buatan Phantom Secure tersebut.

 

Komisi Kriminal Australia saat ini sedang menggelar penyelidikan mengenai penggunaan komunikasi anti sadap dan mengatakan kepada ABC masalah initengah berkembang di Australia.

"Organisasi kejahatan memandang komunikasi lewat ponsel anti-sadap ini memungkinkan mereka merencanakan dan melakukan kegiatan kejahatan tanpa terdeteksi oleh penegak hukum. Jadi hal ini menjadi keprihatinan besar kami sekarang dan ini sudah berlangsung lama” kata Jevtovic.

"Diperkirakan dalam dua tahun mendatang pasar ponsel anti-sadap di dunia jumlahnya akan meningkat dua kali lipat dan itu artinya ada permintaan yang sangat besar terhadap ponsel sejenis ini,” tambahnya.

"Saat ini memang permintaan ponsel anti-sadap masih berasal dari industri yang sah dan warga negara yang tidak terlibat dalam kejahatan, tapi kita khawatir kedepan kejahatan terorganisir akan lebih banyak memanfaatkan teknologi ini."

Dua anggota komite parlemen federal baru-baru ini merekomendasikan pemerintah agar  melakukan reformasi besar-besaran terhadap undang-undang  Telekomunikasi Australia yang diterbitkan tahun 1978. UU itu mengatur bagaimana polisi dan badan intelijen dapat memantau ponsel orang. Mereka berharap UU itu dapat menghalangi penjahat menggunakan teknologi telepon canggih.

"Penyerapan teknologi komunikasi baru dan terenkripsi yang cepat oleh kejahatan terorganisir dan kelompok teroris merupakan keprihatinan yang signifikan dan Departemen Kejaksaan Agung saat ini sedang mengupayakan reformasi terhadap aturan hukum intersepsi telekomunikasi , " kata Menteri Kehakiman Michael Keenan, baru-baru ini.

ASIO dan polisi federal Australia menolak berkomentar tentang masalah ini. Direktorat Sandi Negara Australia mengatakan kepada ABC mereka menyadari keterlibatan produk Phantom Secure ini tapi menolak diwawancara.

sumber : abc
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement