Sabtu 08 Mar 2014 01:52 WIB

Bisnis Penyewaan Rahim Kian Populer di India

Rep: Friska Yolandha/ Red: Hazliansyah
Janin dalam rahim (ilustrasi).
Foto: invitrofertilitygoddess.com
Janin dalam rahim (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, -- India merupakan salah satu negara dengan ekonomi terbesar di Asia. Namun sama seperti Indonesia, sebagian masyarakatnya masih hidup di bawah garis kemiskinan.

Sepertiga dari penduduk India hidup kurang dari Rp 10 ribu per hari. Mereka harus berjuang untuk sekadar mendapatkan makanan sehari-hari.

Bagi perempuan India, menyewakan rahim merupakan pilihan mendapatkan uang. The Akanksha Infertility Clinic di Anand, merupakan salah satu pusat surrogacy komersial di India. Klinik ini menawarkan layanan ibu pengganti sejak sekitar 10 tahun lalu. Sudah lebih dari 700 bayi lahir dari rahim-rahim sewaan.

Dilansir Daily Mail, Jumat (7/3), uang yang dibayarkan kepada perempuan pemilik rahim memberikan dampak ekonomi yang cukup besar. Sebagian uang yang diperoleh dipakai untuk membangun rumah dan memulai usaha.

Salah satunya Sarla Patelia (40 tahun). Ia tinggal di desa bernama Manjipura, 25 kilometer dari Anand. Ia menjadi ibu pengganti pada 2009 dan 2012. Dengan uang yang diperoleh, Sarla membangun rumah dua lantai. "Ini mengubah kehidupan kami," kata dia.

Hal serupa juga dialami oleh Neeta Makwara (30). Ia melahirkan bayi laki-laki dari pasangan asing pada 2008 dan kembar untuk pasangan lain pada 2011.

'Peternakan bayi' di India berkembang pesat karena tingginya permintaan dari pasangan negara-negara maju, termasuk Inggris. Pasangan yang tidak subur datang ke India dan meminta perempuan-perempuan India melahirkan anak mereka.

Perempuan ini dibayar 4.700 poundsterling atau sekira Rp 90 juta. Biaya sewa rahim melalui klinik dipatok harga 17 ribu poundsterling atau Rp 324,77 juta.

Surrogacy komersial menjadi legal di India pada 2002. Namun ini ilegal di negara-negara seperti Inggris dan Australia. Surrogacy komersial tersedia di beberapa bagian negara di Amerika Serikat, namun biayanya lima kali lebih mahal dibandingkan India.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement