Sabtu 08 Mar 2014 20:59 WIB

Kebun Komunitas Dituduh Ancam Pertanian Komersil

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Kelompok pelobi bidang sayur-sayuran di Australia, Ausveg, mengklaim kebun sayur komunitas yang tengah marak dikembangkan masyarakat di perkotaan mengancam  biosecurity keamanan biologis perkebunan dan pertanian di Australia.

Kelompok tersebut mendukung keputusan pemerintah pusat untuk menghentikan program bantuan dana pangan komunitas.

Bantuan tersebut, yang berjumlah satu setengah juta dollar, diprakarsai oleh pemerintah sebelumnya, yang dikuasai partai buruh, sebagai bagian dari Rencana Pangan Nasional.

Menurut William Churchill dari Ausveg, uang tersebut lebih baik dipakai untuk mengembangkan pasar ekspor bagi petani dan pemilik perkebunan.

Komentarnya mengejutkan Hannah Moloney, yang aktif dalam program perkebunan urban dan pendukung pangan lokal di negara bagian Tasmania, Hannah Moloney.

Selama sepuluh tahun terakhir, Ia mengajar permakultur dan bekerja dengan kebun-kebun komunitas di negara bagian tersebut.

Menurut Moloney, menanam pangan di perkotaan justru mendukung ketahanan pangan Australia .

"Kalau Ia bicara tentang skala produksi pangan kebun komunitas, berarti Ia juga menuduh mereka yang berkebun di rumah sendiri, karena skalanya sama. Kita selalu menanam pangan di rumah dan di ruang bersama," ucapnya.

Menurut Moloney, sepengetahuannya tak ada kebun komunitas yang mengancam perkebunan atau pertanian komersil. 

"Biasanya kebun komunitas ada di daerah perkotaan dan pertanian yang besar di pedesaan. Hubungan geografisnya tak terlalu dekat," ceritanya.

Menurutnya, berkebun di daerah perkotaan malahan seringkali menjadi langkah pertama bagi mereka yang akhirnya memutuskan menjadi petani skala besar di pedesaan.

Moloney akan mengadakan diskusi kebun komunitas nasional di Hobart, Tasmania, tanggal 21 hingga 23 Maret.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement