REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Upaya sanksi yang diberikan Amerika Serikat dan Uni Eropa kepada Rusia dibalas Presiden Rusia Vladimir Putin. Ia mengancam akan menghentikan pasokan gas Eropa.
Pimpinan Rusia ini tidak menginginkan perang dingin kembali terjadi. Namun ia mengancam akan menghentikan pasokan gas Eropa apabila masih diintervensi soal invasi ke Ukraina.
Seperti diketahui, Ukraina merupakan rute transit utama gas bagi benua Eropa. Perusahaan energi Rusia Gazprom menyatakan akan mengurangi pengiriman melalui Kiev, yang akan berdampak pada pasokan ke Eropa. Hal ini dilakukan lantaran Ukraina gagal melakukan pembayaran utang senilai 1,2 poundsterling.
"Kami tidak bisa mengirimkan gas secara cuma-cuma," ujar CEO Gazprom, Alexey Miller, seperti dilansir The Telegraph, Sabtu (8/3). Ukraina harus membayar utangnya jika ingin pasokan gas ke negara tersebut terus dilakukan.
Ahli energi menyatakan, Rusia memiliki kekuatan untuk mengacaukan pasar Eropa, bahkan bisa membekukan benua biru tersebut. Pasalnya, Eropa masih sangat bergantung pada gas Rusia. Dan jika pasokan ini diinterupsi, kekacauan ekonomi akan terjadi.
Namun Gedung Putih menepis ancaman ini. Ekonomi global tidak akan terpukul karena kurangnya pasokan gas.
Juru bicara Gedung Putih Josh Earnest menyatakan, penurunan ekspor Rusia tidak akan berefek langsung karena harga saham Eropa berada di tingkat normal. Selain itu, perubahan struktural di industri juga berarti telah berkurangnya pengiriman gas ke Eropa melalui Ukraina.
Pejabat Kementerian Luar Negeri Rusia telah mengeluarkan peringatan sehari setelah pertemuan Uni Eropa yang mengancam akses bebas visa dari Rusia ke Eropa jika Moskow tidak menarik pasukan dari Crimea.
"Rusia tidak menerima sanksi dan ancaman apapun," tegas pernyataan kementerian luar negeri Rusia.