Sabtu 08 Mar 2014 07:16 WIB

Kekerasan Kembali Guncang Irak, Sepuluh Orang Dikabarkan Tewas

Kekerasab tak berhenti di Irak sejak beberapa tahun terakhir.
Foto: Reuters
Kekerasab tak berhenti di Irak sejak beberapa tahun terakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Kekerasan di Irak, termasuk penembakan di sebuah kota yang dikuasai para pejuang antipemerintah selama lebih dari dua bulan, menewaskan 10 orang pada Jumat waktu setempat. Di antara korban tewas adalah seorang pejabat tinggi kepolisian.

''Penembakan di kota Fallujah, yang terletak tidak jauh dari Baghdad di provinsi Anbar, menewaskan enam orang dan melukai 17 lainnya,'' kata Dr. Ahmed Shami, pejabat setempat, kepada AFP.

Sumber tembakan, yang dikatakan seorang warga bernama Jassem Mohammed al-Essawi, mengenai empat wilayah berbeda.

Krisis meletus di provinsi gurun Anbar pada akhir Desember lalu ketika pasukan keamanan melucuti perkemahan unjuk rasa antipemerintah Arab Suni. Lokasinya tidak jauh di luar ibukota provinsi Ramadi.

Para gerilyawan kemudian menduduki Fallujah dan beberapa bagian Ramadi di sebelah barat. Ini merupakan pertama kalinya pasukan antipemerintah melakukan pendudukan seperti itu di kota-kota utama sejak puncak terjadinya kekerasan mematikan --yang diikuti dengan penyerangan oleh pasukan pimpinan Amerika Serikat pada tahun 2003.

''Sekira 380.000 orang kemungkinan harus mengungsi karena krisis terbaru di Anbar,'' demikian menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Di Irak utara, pria-pria bersenjata menewaskan Brigadir Jenderal Moqdad Abdulrahman al-Ezzi dan saudaranya ketika mereka sedang berkendaraan di sebelah selatan kota Kirkuk.

Di Saadiyah yang berada di timur laut Baghdad, pria-pria bersenjata menembak hingga tewas anggota dewan kota Hussein al-Tamimi dan seorang lainnya.

Insiden-insiden mematikan hari Jumat itu terjadi satu hari setelah lebih dari lusinan peristiwa pemboman serta dua penembakan telah menewaskan setidaknya 23 orang dan melukai lusinan lainnya.

Kekerasan di Irak telah membuat lebih dari 1.800 orang kehilangan nyawa sejak 1 Januari. Demikian menurut data yang dimiliki AFP berdasarkan keterangan dari sumber-sumber di kalangan pengamanan serta medis.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement