REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Otoritas Malaysia masih terus menyelidiki identitas empat penumpang mencurigakan didalam pesawat Malaysia Airlines yang hilang Sabtu (8/3) pagi lalu. Namun hingga kini pejabat berwenang Malaysia belum memastikan kalau hilangnya pesawat tersebut karena serangan terorisme.
Enam penumpang Australia berada di antara ke-239 penumpang di pesawat Malaysian Airline yang hilang dalam perjalanan dari Kuala Lumpur menuju Beijing pada Sabtu pagi (8/3) waktu setempat.
Berdasarkan daftar manifest maskapai itu ke-4 warga Australia itu bernama Robert dan Catherine Lawton, Rodney dan Mary Burrows dari Queensland sementara Gu Naijun dan Li Yuan dari New South Wales.
Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) mengatakan pihaknya sudah menghubungi keluarga dan pihak maskapai.
Tetangga Lawtons, Caroline Daintith, mengatakan pasangan tersebut senang bepergian .
"Mereka selalu melakukan perjalanan bersama setiap tahun, dan jadwal itu merupakan bagian penting dalam hidup mereka dan saya tahu mereka sangat bersemangan dengan rencana perjalanan mereka kali ini,” tuturnya baru-baru ini.
Sementara itu Pria asal Perth berkewarganegara Selandia Baru, Paul Weeks, 39, juga dilaporkan berada didalam pesawat tesebut.
Pesawat Malaysian Airline melakukan kontak terakhir dengan otoritas pengatur lalu lintas bandara ketika berada di 120 nautical miles di Timur Pantai Kota Bharu Malaysia.
Kapal AL Vietnam telah dikirimkan ke pulau wisata Phu Quoc, kapal itu berpatroli hingga ke Teluk Thailand untuk terlibat dalam upaya pencarian reruntuhan pesawat tersebut. Mereka menjelajahi daerah dimana ditemukan tumpahan minyak oleh patroli jet pada Sabtu malam.
"Dua kapal penyelamat kami telah mendekati dua lokasi tumpahan minyak pada pukul 03:00 waktu setempat hari ini, tapi kami belum menemukan tanda-tanda pesawat Malaysia," kata Laksamana Ngo Van Phat kepada Reuters.
"Kapal lain siap untuk pergi mendukung jika diperlukan."tambahnya.