Senin 10 Mar 2014 11:00 WIB

Venezuela Kutuk Pernyataan Joe Biden

US Vice-President Joe Biden gives a speech at the 49th Conference on Security Policy in Munich February 2, 2013.
Foto: Reuters/Michael Dalder
US Vice-President Joe Biden gives a speech at the 49th Conference on Security Policy in Munich February 2, 2013.

REPUBLIKA.CO.ID, KARAKAS-- Pemerintah Venezuela, Ahad (9/3), mengutuk pernyataan Wakil Presiden AS Joe Biden, yang menggambarkan situasi di negara Amerika Selatan itu sebagai "mengerikan" dan mengatakan Presiden Nicolas Maduro "menciptakan persekongkolan".

Di dalam satu pernyataan, Pemerintah Venezuela mengatakan, "Pemerintah AS telah bergabung dengan persekongkolan media internasional yang berpura-pura mengerahkan citra palsu perang dan penindasan umum di wilayah Venezuela."

Pernyataan tersebut, yang dibacakan oleh Wakil Presiden Venezuela Jorge Arreaza di Karakas, adalah tanggapan atas pernyataan Biden yang disiarkan oleh pers Chile saat ia melakukan kunjungan di Santiago.

Pernyataan Venezuela itu mengatakan, "Presiden Nicolas Maduro, atas nama pemerintah dan rakyat Venezuela, dengan tegas membantah pernyataan yang dikeluarkan oleh Wakil Presiden AS Joe Biden, sebab semuanya tak menghormati kedaulatan Venezuela."

Pernyataan tersebut juga kembali menegaskan "sektor kekerasan yang diangkat oleh sayap paling radikal kelompok hak asasi Venezuela" secara keuangan didukung oleh Pemerintah AS untuk merusak demokrasi di negara Amerika Selatan itu, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin pagi.

Namun, pernyataan tersebut menambahkan Presiden Maduro telah memperlihatkan "keinginan yang jelas untuk melanjutkan dan memperbarui hubungan dengan Pemerintah AS melalui dialog langsung dan transparan dengan dasar saling menghormati, tidak mencampuri urusan dalam negeri dan melakukan kerja sama yang diperlukan".

Biden tiba pada Ahad di Santiago untuk menghadiri upacara pengambilan sumpah Michelle Bachelet sebagai Presiden baru Chile pada Selasa. Venezuela dan Amerika Serikat telah mempertahankan hubungan diplomatik pada tingkat kuasa usaha sejak akhir 2010, ketika kedua negara menarik duta besar mereka.

sumber : Antara/Xinhua-OANA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement