REPUBLIKA.CO.ID, KRIMEA -- Muslim Krimea yang merupakan etnis Tatar mengaku heran dengan konflik yang melibatkan Rusia dan Ukraina. Mereka menilai kedua negara tidak belajar dari sejarah masa lalu, yang memperlihatkan bagaimana nasib Muslim Krimea terkatung-katung karena kepentingan politis.
Semasa imperium Soviet, Muslim Krimea menjadi korban pengusiran. Tak sedikit dari kepala keluarga Muslim Krimea yang terpisah akibat kebijakan pemimpin soviet kala itu, Joseph Stalin.
"Selepas Stalin, kami berpikir akhirnya memiliki masa depan," ucap Sedeka Memetova, 44 tahun, seperti dilansir the new yorker, Senin (10/3). "Bagaimana orang bisa melakukan hal ini di abad ke-21,"
Beberapa hari sebelum pengusiran, kata dia, Stalin memerintahkan polisi untuk menandai rumah-rumah Tatar dengan simbol huruf x. "Kami meninggalkan semuanya," kata dia.
Tiga dekade kemudian, setelah terusir, Memetova dan keluarga kembali ke Krimea pada tahun 1987. Kini, Memetova seolah kembali merasakan mimpi buruk. Tanda x itu pun kembali muncul. Tanda itu banyak ditemukan di sekitar rumah Memetova.
"Mereka mengatakan kepada saya Muslim Krimea tidak menjadi prioritas Rusia. Mereka seperti menghukum kami, karena kami tak ingin Putin, Presiden Rusia berada di sini," ucap Rustam Kadyrov, cucu Memetova, ketika bertemu dengan polisi yang menandai rumah mereka dengan huruf x.
Melihat kekhawatiran yang berkembang dikalangan Muslim Krimea, delegasi Republik Tatarstan, mengunjungi Perwakilan Muslim Tatarstan Krime, Mejlis. Dalam pertemuan itu, perwakilan Muslim Krimea mengatakan terjadi peningkatan intensitas intimidasi. "Mereka mulai mengintimidasi kami," ucap Eskandar Baiibov, wakil Mejlis.
Menurut Eskanda, intimidasi itu juga dialamatkan kepada warga Ukraina. Namun, mereka setidaknya bisa pergi ke Ukraina. "Sementara kami, kemana kami akan pergi. Krimea satu-satunya rumah kami," kata dia.
Disatu sisi, Muslim Krimea juga kecewa terhadpa Kiev yang memperlakukan Muslim Krimea sebagai warga negara kelas dua. Kekecewaan itu memuncak, setelah Kiev tidak memenuhi janjinya meluluskan Undang-undang yang akan membantu korban deportasi Stalin atau membentuk sekolah khusus Muslim Krimea.
Populasi Muslim Krimea mencapai 300 ribu orang atau sekitar 15 persen dari populasi Krimea yang mencapai 2 juta orang. "Kami berada diambang kehilangan budaya, bahasa dan identitas kita," kata Yunusov, wartawan senior Krimea.