Senin 10 Mar 2014 20:00 WIB

Soal Muslim Krimea, Turki 'Galau'

Turkey's Prime Minister Tayyip Erdogan addresses members of parliament from his ruling AK Party (AKP) during a meeting at the Turkish parliament in Ankara February 18, 2014.
Foto: Reuters/Umit Bektas
Turkey's Prime Minister Tayyip Erdogan addresses members of parliament from his ruling AK Party (AKP) during a meeting at the Turkish parliament in Ankara February 18, 2014.

REPUBLIKA.CO.ID,  KRIMEA -- Konflik Rusia-Ukraina dalam beberapa pekan terakhir mengancam eksitensi Muslim Krimea yang merupakan etnis Tartar. Ancaman itu ditangkap Ankara.

Turki secara historis dekat dengan Tartar. Banyak dari pengusing Krimea semasa Kekaisaran Rusia dan Uni Soviet menetap di Turki. Faktor itu yang menggerakan Turki untuk memperlihatkan pengaruhnya.

Di satu sisi, isu Krimea menjadi alasan bagi Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) untuk sejenak meredam isu korupsi Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan. AKP jelas panik, mengingat pemilihan lokal bakal digelar 30 Maret mendatang.

"Kami tidak acuh terhadap kondisi kerabat Turki di Krimea," ucap Menteri Luar Negeri Turki, Ahmed Davutoglu, seperti dilansir eurasianet.org, Senin (10/3).

Pernyataan ini dikeluarkan Davutoglu ketika merespon aksi protes di Ankara, terkait konflik Krimea. "Apa yang terjadi di Krimea menakutkan kai semua," ungkap Zafer Karatay, Wakil Parlemen Nasional Krimea yang merupakan keturunan Turki.

Pengamat Politik Turki, Sinan Ulgen menuturkan langkah AKP turut campur dalam konflik Krimea merupakan strategi partai penguasa guna menjaga konstituen mereka. "AKP seolah ingin menunjukan mereka pelindung orang-orang yang mnejadi korban," kata dia.

Kendati begitu, dukungan Muslim Krimea agar Turki turut campur dalam konflik Krimea begitu besar. Itu terlihat ketika Davutoglu bertemu perwakilan Muslim Krimea di Kiev. Namun, Turki belum tentu leluasa bergerak. Ini karena, negara itu bergantung pasokan gas dari Rusia.

Data terakhir menunjukan, Rusia merupakan mitra utama Turki dalam hal perdagangan. Belum lagi investasi Rusia di Turki mencapai 9 miliar dolar AS. Jelas, tidak mudah bagi Ankara untuk mengambil sikap.

Sebelum, hubungan Ankara-Moskwa juga rengang akibat sikap Turki soal Suriah. Jadi, Turki sepertinya bakal sulit mendorong Rusia agar bersikap lunak soal Ukraina. Narasi peran Turki pun menjadi lemah. "Ankara tengah dilema," kata Ulgen. Menurut Ulgen, akan sulit bagi Erdogan, mengadopsi sikap lebih agresif terhadap Rusia. Resikonya terlalu besar, hubungan dagang bersama Rusia bakal terancam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement