REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Pemerintah Libya menghentikan kapal tanker berbendera Korea Utara pada Senin (10/3). Pasukan angkatan laut dan pemberontak sempat terlibat baku-tembak saat menghentikan kapal dengan muatan minyak dari pelabuhan yang dikuasai pemberontak tersebut.
Perdana Menteri Ali Zeidan mengatakan angkatan laut Libya telah menyita kapal tanker berbendera Korut di timur Pelabuhan Sidra. Pasukan juga telah berhasil membawanya kembali ke pelabuhan pemerintah di Libya Barat.
"Kapal berada di sekitar 20 kilometer dari Sidra. Kapal berhenti karena terlalu gelap dan tak akan bergerak malam ini, tapi kapal dalam kendali penuh dan aman. Besok kapal akan dipindahkan," ujar Zeidan.
Zeidan mengatakan pada Sabtu (8/3), tanker akan dibom jika mencoba mengekspor minyak. Ia menyatakan, aksi militer hanya satu dari banyak pilihan tindakan.
Menurutnya pemerintah akan membebaskan pelabuhan dengan segala cara. Kalau perundingan gagal menurutnya, maka negara akan bertindak. Zeidan mengatakan, pemerintah akan membongkar minyak mentah dari kapal setelah mencapai pelabuhan di barat Libya. Kemudian pemerintah akan memulai langkah hukum terhadap pembeli potensial.
Angkatan laut telah menghentikan kapal setelah terjadinya baku tembak singkat dengan pemberontak. Menteri Kebudayaan dan juru bicara pemerintah Habib al-Amin mengatakan pada wartawan tak ada yang terluka dari bentrokan. Tapi ia memperingatkan, jika terjadi sekali lagi tembakan maka dapat merusak fasilitas minyak di dekatnya.
Seorang juru bicara pemberontak berulang kali membantah, bahwa mereka telah kehilangan kendali atas kapal. Sementara itu para pejabat mengatakan, pemerintah juga akan membentuk pasukan pembebasan untuk merebut kembali pelabuhan-pelabuhan yang diduduki pemberontak. Rencana ini meningkatkan kekhawatiran terhadap pemotongan pendapatan dari sektor minyak.