Selasa 11 Mar 2014 14:26 WIB

Arab Saudi Kecam Tuduhan PM Irak

Rep: Dessy Suciati Saputri / Red: Citra Listya Rini
Bendera Arab Saudi
Bendera Arab Saudi

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Tuduhan Irak terhadap Arab Saudi yang menyebut kerajaan itu telah mendukung tindakan terorisme global, akhirnya dikecam oleh pemerintah Arab Saudi. 

Kecaman ini dilontarkan menyusul Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki menyebut Arab Saudi yang bertanggung jawab atas tindakan agresif dan terorisme di dunia. 

“Kerajaan Arab Saudi mengutuk pernyataan agresif dan tak bertanggung jawab yang dituduhkan oleh Perdana Menteri Irak,” kata seorang pejabat seperti dilansir dari AFP. 

Dalam sebuah wawancara, Maliki menuduh bahwa Arab Saudi dan negara tetangganya Qatar telah mendukung kelompok militan melakukan tindakan terorisme di Irak dan Timur Tengah. 

“Nuri al-Maliki sangat mengetahui, bahkan lebih mengetahui dari orang lain, terkait posisi kerajaan Saudi melawan terorisme. Ia pun menyadari upaya kerajaan Arab Saudi yang tengah memberantas terorisme ini,” kata pejabat itu. 

Menurut pejabat tersebut, daripada hanya melontarkan tuduhan yang sembarangan, Maliki lebih baik mengakhiri kekacauan dan kekerasan yang terjadi di Irak. Lanjutnya, kekerasan yang terjadi di Irak itu jelas-jelas didukung oleh kebijakan sektarian dan eksklusifitas dari pemerintahannya. 

“Jelas sekali bahwa pernyataan itu bertujuan untuk memutar balikkan fakta, dan menyalahkan negara lain atas kegagalan yang ada di dalam pemerintahan Perdana Menteri Irak,” jelas pejabat Arab Saudi itu. 

Kegagalan Maliki telah menyebabkan terjadinya kekerasan yang sebelumnya belum pernah terjadi di Irak. “Kegagalan Maliki ini juga membahayakan kesatuan wilayah nasional Irak,” lanjutnya. 

Kekerasan telah terjadi di Irak selama beberapa tahun ini. Kekerasan ini dipicu oleh ketidakpuasan kalangan minoritas Arab Sunni serta adanya perang saudara yang terjadi di Suriah. 

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan negara-negara Barat sendiri juga telah mendesak pihak berwenang yang dipimpin oleh Syiah untuk merangkul minoritas Sunni. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement