REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Presiden Suriah Bashar Assad, yang kekuatan pasukan tempurnya bergantung pada dukungan Rusia, pada Selasa memuji Moskow, yang memulihkan keseimbangan kekuatan dunia, kata media pemerintah.
"Rusia membangun kembali keseimbangan dalam hubungan antarbangsa, setelah bertahun-tahun hegemoni Amerika Serikat," kata SANA mengutip keterangan Bashar saat menerima perutusan parlemen Rusia.
Ia menyatakan, peran Moskow penting dan utama serta mengungkapkan kekaguman rakyat Suriah atas sikap Rusia.
Bashar menuduh Amerika Serikat dan pemerintah lain Barat berusaha menggoyahkan banyak negara, yang kebijakannya tidak sesuai dengan mereka.
Rusia adalah salah satu sekutu utama pemerintah Bashar, yang memberikan dukungan diplomatik dan persenjataan untuk pertempurannya melawan pemberontakan, yang akan memasuki tahun keempat.
Sementara itu, pemberontak mendapat dukungan diplomatik dan persenjataan terutama dari Barat hingga mampu bertahan sejauh ini.
SANA menyatakan perutusan Rusia itu memberitahu Bashar bahwa ia telah diterima di Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia karena memperkuat hubungan Suriah-Rusia.
Lebih dari 140.000 orang tewas di Suriah sejak pemberontakan dimulai pada 2011.
Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Selasa mengatakan jumlah anak-anak terdampak perang Suriah meningkat dua kali lipat pada tahun lalu menjadi 5,5 juta, banyak dari mereka terjebak di daerah terkepung dan di luar jangkauan.
Dalam laporan berjudul "Dalam Kepungan - dampak buruk pada anak-anak tiga tahun kemelut di Suriah", lembaga anak-anak PBB UNICEF memperingatkan bahwa keadaan itu cenderung menjadi lebih buruk.
"Dengan terputus dari bantuan, tinggal di puing dan berjuang mendapatkan makanan, banyak anak-anak Suriah ditinggalkan tanpa perlindungan, perawatan kesehatan atau dukungan kejiwaan dan memiliki sedikit atau tidak sama sekali jalan ke pendidikan," katanya.
Dalam keadaan sangat terburuk, anak-anak dan wanita hamil terluka dengan sengaja atau dibunuh penembak gelap, kata laporan itu.
Dikatakannya bahwa satu juta anak-anak sekarang terjebak di daerah Suriah di bawah pengepungan atau sulit dijangkau bantuan kemanusiaan, sementara sekitar dua juta anak-anak membutuhkan dukungan atau perawatan kejiwaan.
"Untuk anak-anak Suriah, tiga tahun terakhir menjadi masa terpanjang dalam hidup mereka. Haruskah mereka bertahan satu tahun lagi dalam penderitaan?" kata Direktur eksekutif UNICEF Anthony Lake.
Laporan itu berpusat pada kerusakan besar, yang menyebabkan anak-anak terkena dampak perang, termasuk sejumlah anak-anak, yang hidupnya dihancurkan oleh perang tiga tahun itu, dan menyoroti trauma mendalam.
Itu memperingatkan bahwa masa depan 5,5 juta anak-anak di wilayah Suriah dan hidup sebagai pengungsi di negara tetangga tergantung pada keseimbangan saat kekerasan, keruntuhan pelayanan kesehatan dan pendidikan, tekanan parah kejiwaan dan dampak ekonomi memburuk pada keluarga, yang bergabung menghancurkan angkatan.
Di beberapa negara tuan rumah, 1,2 juta anak-anak Suriah tinggal di kampung pengungsian dan masyarakat setempat kewalahan serta memiliki upaya terbatas terhadap air bersih, makanan bergizi atau kesempatan belajar.