REPUBLIKA.CO.ID, TIRANA -- Pemerintah Albania menangkap tujuh orang pada Selasa (11/3) karena mereka dicurigai terlibat dalam perekrutan warga negara Albania untuk berperang bersama gerilyawan di Suriah.
Kepala Kantor Kejaksanaan Pidana Serius Eugen Beci dan Direktur Polisi Negara Artan Didi melaporkan dalam satu taklimat bahwa para tersangka itu didakwa merekrut orang untuk "aksi teror, penghasutan, seruan terbuka dan propaganda mengenai kegiatan teror".
Beci mengatakan pasukan polisi menemukan di rumah dua tersangka telepon genggam, sejumlah kontrak rekening bank, sejumlah buku agama, tas punggung, dua granat, satu senapan mesin jenis Kallashnikov, empat klip cartridge, ratusan peluru kaliber 7,62, satu pisau serta dua radio genggam.
Kantor jaksa menyatakan mereka dicurigai mengindoktrinasi bermacam orang agar mengikuti ideologi fanatik untuk nanti terlibat dalam perang bersama kelompok teror yang dilarang oleh PBB, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu. Mereka juga dicurigai melakukan tindakan perekrutan dan pengiriman beberapa warga negara Albania ke Suriah.
Sebanyak dua-pertiga dari 3,2 juta warga Albania adalah Muslim. Para pemimpin agama dan Pemerintah Albania telah menyeru pemeluk agama di negeri itu agar tidak terjerumus ke dalam kelompok teror di Suriah.
Di Beirut, Presiden Lebanon Michel Suleiman pada Selasa kembali menyampaikan seruannya kepada semua pihak yang berperang di Suriah agar menghindari membom desa dan kota kecil Lebanon di dekat perbatasan kedua negara.
Pada Selasa pagi, empat roket yang ditembakkan dari Suriah menghantam pinggiran Desa Nabi Sheet di sebelah timur Lembah Bekaa, sehingga melukai tiga warga negara Lebanon dan mengakibatkan kerusakan pada rumah mereka.
Setelah serangan lintas-perbatasan itu, Suleiman meminta militer Lebanon agar melakukan tindakan yang perlu guna mempertahankan desa perbatasan dan warga tak berdosa yang tinggal di sana.
Lebanon telah lama terpecah mengenai bentrokan di negara tetangganya, Suriah. Gerakan Syiah di negeri tersebut, Hizbullah, dan sekutunya mendukung Pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad, sementara kelompok oposisi pimpinan Sunni mendukung gerilyawan.
Itu lah sebabnya mengapa kelompok mujahidin telah berulang kali melancarkan serangan roket lintas perbatasan terhadap Lebanon Timur.