FEPUBLIKA.CO.ID, CAANBERRA -- Setiap dua tahun, Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia menggelar Konferensi Internasional Pelajar Indonesia. Di tahun inim tema yang diusung adalah pembangunan di Indonesia pasca Millenium Development Goals (MDG) 2015. Konferensi berlangsung pada 7 hingga 8 Maret lalu di Canberra, Ibu Kota Australia.
Konferensi Internasional Pelajar Indonesia atau KIPI pertama kali digelar pada tahun 2007 di Sydney, yang juga menjadi cikal bakal dari pembentukan Perhimpunan Pelajar Indonesia Dunia.
Menurut Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia (PPIA), Pan Muhammad Faiz, konferensi merupakan salah satu program unggulan yang dimiliki PPIA dengan didukung oleh PPIA di Canberra.
"Tahun 2014 ini kami membahas soal potensi-potensi yang bisa digali oleh Indonesia untuk mempersiapkan masa depan pembangunan usai 2015," jelas Faiz, belum lama ini.
Tahun 2015 adalah akhir dari pencanangan tujuan pembangunan millenium (MDG) yang disusun oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Pan Muhammad Faiz (kedua dari kiri) bersama peserta konferensi (Foto: KIPI)
Faiz menuturkan jika melihat data dan laporan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), sebagian target sudah tercapai.
"Tetapi masih ada beberapa sektor yang perlu dipercepat untuk bisa tercapai, misalnya soal kelestarian lingkungan hidup, terlihat dari rasio kawasan yang tertutup perpohonan dengan luas daratan. Selain itu adalah bidang kesehatan dan pendidikan," jelasnya.
Konferensi pada tahun ini juga banyak dihadiri oleh sejumlah mahasiswa dari Indonesia. Sebelumnya PPIA telah membuka kesempatan bagi para mahasiswa di Indonesia untuk memaparkan kajian studinya soal pembangunan pasca 2015 nanti.
"Kami juga mengundang sejumlah pakar dan akademisi dari Australia untuk menyampaikan pandangannya soal masa depan pembangunan Indonesia. Sehingga dalam konferensi ini terjadi sharing knowledge," ujar Faiz.
Sejumlah peserta konferensi pada tahun ini, sebagian berasal dari Indonesia (Foto: KIPI)
"Para peserta tidak menunjukkan sedikit pun pesimisme bahwa Indonesia adalah gagal, justru saya melihat pancaran optimisme, terlepas dari apakah pencapaian berhasil pada tahun 2015 tetapi mereka menunjukkan hal-hal yang bisa diperbaiki pasca 2015."
Faiz juga menuturkan bahwa pembangunan pasca MDG akan menjadi tantangan bagi presiden terpilih usai Pemilu 2014.
"Namun yang perlu digarisbawahi bahwa pencapaian MDG ini tidak bisa diserahkan sepenuhnya kepada Presiden nanti, yang perlu digaris bawahi adalah Presiden sebagai perancang strategi tapi yang terpenting adalah implementasi oleh jajaran dibawahnya," kata Faiz.
Seorang peserta memaparkan kajian yang sedang ditelitinya (Foto: KIPI)
Konferensi Internasional Pelajar Indonesia sendiri selain bisa memberikan pengetahuan tambahan, tetapi juga bisa masukan bagi mahasiswa Indonesia.
"Kami menghadirkan sejumlah asisten peneliti dan akademisi yang sudah berpengalaman soal riset untuk bisa berbagi bagaimana melakukan penelitian," kata Faiz. "Lewat konferensi ini pun bisa memperluas jaringan, diakui, saya pun bisa mendapatkan beasiswa ke Australia ini setelah datang ke konferensi di Sydney, saat itu saya mahasiswa di India."
Disclaimer:
Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).