REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK– Korban meninggal akibat ledakan kebocoran gas yang meratakan dua bangunan di New York City (NYC), bertambah menjadi enam orang. Penghitungan rumah sakit lokal dengan ABC News menemukan 64 orang telah dirawat karena cedera akibat dari insiden tersebut. Angka itu termasuk tujuh anak-anak, salah satunya dalam kondisi kritis.
Setelah api berhasil dipadamkan, kru penyelamat langsung mencari korban di balik reruntuhan pada Rabu (12/3) malam. Layanan darurat menegaskan bahwa jumlah korban tewas telah meningkat dari empat orang, kemudian menjadi enam orang dan beberapa orang masih dinyatakan hilang. Alat berat, termasuk buldoser, membantu membersihkan puing-puing dari dua bangunan bertingkat itu.
Sebelumnya, Walikota New York, Bill de Blasio mengatakan dalam sebuah konferensi pers, "Kebocoran gas telah dilaporkan ke perusahaan listrik 15 menit sebelum ledakan".
Con Edison, seorang warga penghuni gedung mengatakan, ada berbau gas sesaat sebelum ledakan. Setelah itu jalan-jalan dan trotoar di sekitar lokasi, bertebaran pecahan kaca dari jendela-jendela yang hancur. Ledakan itu menghancurkan dua bangunan, dengan lima lantai. Sebagian besar orang latin tinggal di sekitar sana.
Pihak berwenang telah membagi-bagikan masker untuk warga karena asap putih tebal di lokasi kejadian. “Setelah kejadian, yang ada hanya kepanikan dari warga yang berkumpul di jalanan,” kata seorang saksi kepada BBC.
Sejumlah warga berbagi cerita tentang kejadian itu kepada New York Daily News. Dan Scarvino mengatakan, dia melihat segumpal asap dari stasiun kereta yang tidak jauh dari lokasi. Mitch Abreu mengira kejadian itu karena bom yang menghancurkan blok perumahan mereka.