REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Mengenal budaya dengan berkunjung langsung ke daerah dimana budaya tersebut berasal, mungkin itu yang menjadi alasan dua sekolah di Indonesia dan Australia ini melakukan pertukaran guru.
MIN Cempaka Putih di Banten dan Marlborough School di Melbourne saling mengunjungi untuk lebih bisa memahami perbedaan budaya masing-masing. Tahun ini untuk pertama kalinya, bukan hanya guru-guru, tapi juga murid-murid ikut dilibatkan.
Lima murid Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Cempaka Putih di Tangerang Selatan, Banten didampingi dua guru dan kepala sekolahnya berkunjung ke Melbourne, Australia selama seminggu, sejak Ahad (9/3) lalu.
Keberadaan mereka ini adalah bagian dari kemitraan sekolah antara MIN Cempaka Putih dengan SD Marlborough yang berada di Melbourne.
Keduanya aktif melakukan kegiataan belajar bersama-sama melalui video conference, dan pertukaran guru. Kini, untuk pertama kalinya murid-murid dari Indonesia didatangkan ke Australia untuk dapat melihat langsung kehidupan di Australia.
(Jasmin mencoba bertransaksi dengan pemilik toko, Foto: Erwin Renaldi)
"Selain untuk lebih mengenal metode belajar di Australia, kita pun bisa lebih mengenal dekat warga Australia dan mengetahui budayanya," ujar kepala sekolah MIN Cempaka Putih, Yeti Mainur kepada ABC, Kamis (13/3).
Tahun ini untuk pertama kalinya, MIN Cempaka Putih membawa lima orang siswanya untuk ikut ke Australia. Disini mereka sama-sama diajak untuk melihat sistem pendidikan di Australia.
"Sangat menarik melihat sistem pembelajaran di Australia yang lebih terfokus pada siswanya, jadi bukan lagi pada gurunya," ujar Yeti. "Setiap anak pun diperlakukan spesial karena memiliki kelebihannya masing-masing."
Yeti juga mengaku sangat berkesan dengan penghargaan dari guru-guru langsung pada muridnya.
"Disini pun lebih banyak penghargaan bagi para siswanya atas prestasi sekecil apapun yang didapatkan, dibandingkan dengan pemberian hukuman karena kesalahan kecil."
(Berfoto bersama salah satu pemilik toko penjual souvenir, Foto: Erwin Renaldi)
"Yang juga perlu diacungi jempol adalah bagaimana pemerintah memberikan dukungan bagi digitalisasi program-program pembelajaran," kata Yeti.
"Kami baru akan menerapkan digitalisasi pada tahun depan, itu pun kami harus mencari dan membelinya sendiri. Sementara disini program pembelajaran digital dan materi pembelajaran diberikan secara gratis oleh pemerintah," aku Yeti.
(Berbelanja keju untuk oleh-oleh, Foto: Erwin Renaldi)
Tidak hanya soal pembelajaran, kelima murid MIN Cempaka Putih dan tiga orang guru memiliki kesempatan untuk berjalan-jalan keliling kota Melbourne untuk merasakan kehidupan sehari-hari warga Melbourne.
Di antaranya adalah mengunjungi pasar Queen Victoria, salah satu pasar tertua di kota Melbourne, dan mencoba naik kendaraan umum, yakni tram.
Balqis, salah satu murid MIN Cempaka Putih mengaku terkesan dengan pasar Queen Victoria.
"Pasar disini bersih, tidak ada sampah, juga banyak barang yang lucu-lucu, bukan hanya sayuran dan daging," katanya.
(Guru SD Marlborough, Kathy McVeigh bersama Kepala Sekolah MIN Cempaka Putih, Yeti Mainur, Foto: Erwin Renaldi)
Sementara murid lainnya, Jasmin, mengaku sangat menikmati kunjungannya ke Melbourne.
"Melbourne itu kotanya bagus, orangnya juga sangat ramah-ramah, pokoknya I love Australia," aku Jasmin.
Hubungan yang sudah terjalin antara MIN Cempaka Putih dan SD Marlborough adalah bagian dari kegiataan kemitraan pendidikan yang digagas pemerintah Australia melalui program
BRIDGE bekerja sama dengan
Asia Education Foundation.
Disclaimer:
Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).