Sabtu 15 Mar 2014 19:56 WIB

Pemerintah Dorong Perempuan Aborigin Memproduksi Obat Jamu

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Jamu tak melulu diproduksi di Indonesia. Buktinya, sebuah badan usaha di Australia bergerak di bidang obat-obatan tradisional Aborigin mendorong perempuan Aborigin membuat obat-obatan tersebut untuk dijual. Baru-baru ini, badan usaha tersebut berinisiatif menumbuhkan tanaman obat sendiri.

Interrentye adalah cabang dari Akeyulerre Healing Center, yang mendorong perempuan Aborigin muda untuk membuat obat dari tanamanan lokal. Obat tersebut kemudian dijual secara online di pasar-pasar setempat. Termasuk  juga didistribusikan ke masyarakat sekitar.

Perempuan-perempuan itu menggunakan tiga jenis tanaman, yaitu tanaman berukuran kecil Arrethe (Latin: E.freelingii) dan Aherre-intehe (Eremophilia), dan yang berukuran besar bernama Utnerrenge (E longifolia).

Menurut M.K Turner, salah satu tetua yang mengajari cara pembuatan produk, selama ini mereka mengumpulkan tanaman yang diperlukan dari daerah-daerah hutan. Namun, sekarang, mereka juga telah menumbuhkan tanaman sendiri di Institut Penelitian Zona Kering (AZRI) di kawasan Alice Springs, yang terletak di wilayah utara Australia.

"Kalau kita menanam tanaman sendiri di sini, kita tak harus mengambil dari tempat-tempat lain di sini, karena itu tempat-tempat milik orang lain," ucapnya.

Fasilitas-fasilitas baru di AZRI juga lebih aman, komentar Turner.

"Sebelumnya kita tak punya ruang penyimpanan. Kita harus taruh (panci-panci) di atas kompor, tapi di sini kita punya alat untuk memanaskan bahan, membuat sabun, membuat minyak, menyimpan di (toples) dan mendinginkan."

Manajer Akeylurre, Jane Ulrik, mengatakan bahwa praktek pergi ke daerah hutan untuk mengumpulkan tanaman tak akan berakhir dengan adanya kegiatan menanam di AZRI tersebut.

Salah satu alasan utama mereka bekerja sama dengan AZRI adalah untuk menjamin ketersediaan tanaman.

"Kalau permintaan banyak, kita harus punya cukup banyak produk untuk bertahan," jelas Ulrik, "Jadi, terkadang, panen dari hutan terbatas saat ada kebakaran atau kemarau. Jadi, baik bila kita punya persediaan. Dan mungkin kita bisa menumbuhkan tanaman yang terancam punah di hutan, kemudian membawanya kembali ke hutan."

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement