REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Chappy Hakim menilai penyelidikan terkait hilangnya pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370 sebaiknya lebih difokuskan pada temuan dua penumpang yang menggunakan paspor palsu.
"Temuan awal mengenai adanya dua penumpang yang menggunakan paspor palsu harus diselidiki dengan cermat. Kenapa mereka harus menggunakan paspor palsu? Pasti ada maksud tertentu," kata Chappy ketika dikonfirmasi Antara di Jakarta, Sabtu.
Menurut dia, kedua orang tersebut pasti memiliki maksud dan tujuan tertentu menggunakan paspor palsu.Oleh karena itu, penyelidikannya harus lebih didalami. Selain penggunaan paspor palsu, dia juga memandang penyelidikan difokuskan terhadap temuan adanya empat orang yang membatalkan kepergiannya dengan pesawat tersebut.
"Kita harus tahu kenapa dua orang itu sampai harus menggunakan paspor palsu. Makanya, harus diselidiki lagi riwayat hidupnya. Kemudian, ada juga empat orang yang sudah check-in, tapi batal berangkat. Kita harus tahu alasan mereka," ujar Chappy.
Dia menuturkan penyelidikan lanjutan juga sebaiknya dilakukan bukan hanya terhadap penumpang, tetapi juga para awak pesawat untuk mengetahui kemungkinan adanya oknum yang melakukan pembajakan terhadap pesawat tersebut.
"Kemungkinan adanya pembajak itu bisa saja benar,sehingga, penyelidikan harus dilakukan secara menyeluruh. Apalagi mengingat rata-rata pesawat masa kini sudah dilengkapi dengan kunci kombinasi untuk masuk ke ruang kokpit. Kombinasi tersebut hanya diketahui oleh pilot, co-pilot dan awak tertentu," tutur Chappy.
Dia mengungkapkan kemungkinan adanya pembajak didalam pesawat itu agak janggal, terlebih jika Malaysia yang dijadikan sebagai sasaran utama. "Malaysia tidak punya musuh, sehingga yang harus lebih diperhatikan, yakni ada lebih dari 100 orang berkebangsaan China didalam sana. Kemudian, China yang paling bersikeras melakukan pencarian. Jadi, mungkin saja ada orang penting didalam pesawat itu yang tidak kita ketahui," ungkap Chappy.