REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Francois Hollande, Sabtu (15/3), mengatakan Paris akan meninjau kembali kerja sama militernya dengan Rusia sebagai bagian dari sanksi-sanksi tingkat ketiga jika Moskow tidak meredakan ketegangan krisis di Ukraina.
Pada Senin (17/3), Amerika Serikat dan Uni Eropa diperkirakan akan mengumumkan satu daftar para pejabat Rusia yang dikenakan pembekuan asset dan larangan visa untuk meningkatkan tekanan terhadap Moskow atas intervensinya di wilayah Crimea, Ukraina.
Ketika ditanya apakah Prancis akan menangguhkan kontrak kapal induk helikopter senilai 1,2 juta euro dengan Rusia, Hollande dalam satu jumpa wartawan mengemukakan bahwa sejauh menyangkut sanksi-sanksi lain, terutama kerja sama militer, itu adalah sanksi tingkat ketiga.
Sampai sekarang para pejabat Prancis enggan membicarakan apakah kontrak tahun 2011 bagi dua kapal induk helikopter Mistral dengan satu opsi dengan Rusia dapat ditangguhkan, pengorbanan yang mungkin canggung untuk diselesaikan Prancis. Pembelian yang telah lama didiskusikan adalah pembelian senjata luar negeri besar dalam dua dasa warsa sejak ambruknya Uni Sovyet dan kapal-kapal induk itu dapat menampung sampai 16 helikopter, seperti heikopter Ka-50/52 buatan Rusia.
Rusia setuju membeli dua kapal induk helikopter Mistral, yang memberikannya akses pada teknologi canggih. Hal ini membuat gusar sejumlah sekutu Prancis di NATO saat itu, terutama setelah perang Rusia dengan Georgia tahun 2008.
Seorang staf Hollande mengatakan bahwa pihak Eropa akan meningkatkan tekanan terhadap Rusia apabila pemungutan suara dalam referendum Ahad mungkin akan menghasilkan penganeksasian oleh Moskow. "Ada tiga tingkat. Tingkat satu telah dilakukan, kemudian tingkat dua dan tingkat tiga," kata staf itu menjelang pertemuan Senin (17/3) besok.
Mantan presiden Nicolas Sarkozy memuji penandatangan kontrak Mistral sebagai bukti Perang Dingin telah berakhir. Kontrak menciptakan sekitar 1.000 pekerjaan di Prancis.
Kapal pertama, Vladivostok, menurut rencana akan diserahkan pada triwulan terakhir tahun 2014. Kapal kedua yang bernama Sebastopol diperkirakan akan diserahkan pada tahun 2016. Vladivostok diuji di laut tiga hari pada 5 Maret setelah berlayar dari galangan kapal Saint-Nazaire di Prancis barat, tempat para awaknya kini sedang dilatih.