Ahad 16 Mar 2014 22:01 WIB

Rakyat Palestina Seru Abbas Tak Menyerah Pada Tekanan Obama

Mahmoud Abbas
Foto: AP/Majdi Mohammed
Mahmoud Abbas

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Berbagai faksi dan kekuatan rakyat serta politik Palestina, Ahad, menyeru Presiden Palestina Mahmoud Abbas agar tidak menyerah pada tekanan yang dilakukan atas dia selama pertemuan dengan Presiden AS Barack Obama di Gedung Putih, Senin.

Wakil dan juru bicara berbagai faksi penentan proses perdamaian Timur Tengah, termasuk Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS), memberitahu Xinhua dalam wawancara terpisah berlanjutnya pembicaraan perdamaian yang ditaja AS "sangat berbahaya bagi masalah kami dan rakyat kami".

Mereka menyeru Abbas agar tidak menyerah pada tekanan Obama jika presiden AS tersebut meminta Abbas memperpanjang ultimatum sembilan-bulan bagi diakhirinya perundingan perdamaian langsung Palestina-Israel, yang dimulai pada Juli lalu dan dijadwalkan berakhir pada April.

Sami Abu Zuhri, Juru Bicara HAMAS di Jalur Gaza, mengatakan gerakannya berharap Abbas akan memberitahu Obama bahwa rakyat Palestina akan mundur dari perundingan perdamaian yang tak masuk akal itu, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad malam. Ia menuduh Amerika Serikat sepenuhnya bias terhadap Israel.

Abbas, yang tiba di Washington pada Ahad, dijadwalkan mengadakan pembicaraan dengan Presiden AS Barack Obama di Gedung Putih guna membahas nasib pembicaraan perdamaian langsung Timur Tengah antara Israel dan Palestina.

Abbas sedang menunggu fail panas yang akan ia bahas secara mendasar dengan Obama, tuntutan Israel untuk mengakui negara Yahudi sebagai negara Yahudi sebagai syarat bagi diterimanya berdirinya negara Palestina merdeka. Tuntutan itu sepenuhnya ditolak oleh rakyat Palestina.

Masalah lain yang akan ditangani berkaitan dengan perluasan permukiman Yahudi di wilayah Palestina yang diduduki Israel dan perbatasan negara masa depan Palestina, selain masalah hak pengungsi Palestina untuk pulang dan masalah orang Palestina yang dipenjarakan di penjara Israel.

Pemimpin Jihad Islam Khader Habib mengatakan judul pertemuan antara Abbas dan Obama "lebih berupa tekanan atas Palestina agar mensahkan rencana Amerika". Ia menyeru Abbas agar tidak menyerah pada tekanan semacam itu "sebab ini tak berarti mewujudkan perdamaian, ini berarti buang-buang waktu lebih banyak lagi".

Jamil Mezher, pemimpin senior Front Rakyat bagi Pembebasan Palestina (PFLP), juga menyeru Abbas agar mengumumkan dari Washington kegagalan pembicaraan perdamaian dengan Israel. Ia menambahkan, "Kami menyeru Presiden Abbas agar menolak perpanjangan bagi pembicaraan yang tak masuk akal ini."

"Rencana Amerika, terutama kesepakatan kerangka keraj, bertujuan melikuidasi masalah Palestina dan menghapuskan hak pengungsi Palestina untuk pulang serta menerima baik penyerahan Jerusalem kepada Israel. Dan di antara semuanya, itu memaksa Palestina agar mengakui Israel sebagai negara Yahudi," kata Mezher.

Sementara itu, seorang pejabat Palestina yang mengetahui mengatakan kepada Xinhua Abbas dan Obama juga dijadwalkan menangani rencana Menteri Luar Negeri AS John Kerry agar mencapai kesepakatan perdamaian kerangka kerja antara kedua pihak bagi "tercapainya kesepakatan perdamaian permanen".

sumber : Antara/Xinhua/Oana
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement